Friday, February 5, 2021

Usaha Batik Tak Lekang Oleh Waktu


D'Omah batik dan pelanggannya
Koleksi D'Omah Batik untuk santai dan semi formal

Mengapa batik tak lekang oleh waktu ? Dari zaman Majapahit sampai sekarang, batik selalu dekat dengan kehidupan kita. Khususnya emak-emak, macam aku.

Sangking melekatnya batik dalam kehidupan. Maka tak salah jika pada tahun 2008, pemerintahan SBY kala itu, mengajukan batik ke UNESCO sebagai warisan budaya bangsa.

Alhamdulillah, pengajuan tersebut diterima oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009. Dan sekarang, nggak terasa Oktober 2020 tahun lalu adalah tahun ke-11 penetapan batik negara kita sebagai warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Pada tanggal 2 Oktober ini pulalah pemerintah menjadikannya Hari Batik Nasional.

Dulu waktu zaman aku masih bekerja. Tiap hari Kamis, kantor menganjurkan para pegawainya mengenakan baju batik. Hmm, sebetulnya pemerintah, sih, yang menganjurkan. Malah untuk ASN, mengenakan pakaian batik adalah hal yang wajib. Tapi perkantoran swasta juga diharapkan untuk berpartisipasi berbatik ria seminggu sekali.

Pemandangan yang indah setiap ngantor pada Hari Kamis atau Jumat itu bisa melihat banyak orang mengenakan aneka model dan motif batik.

Tapi yang paling kusuka ya, melihat perempuan segala usia yang pakai baju batik dibanding laki-laki. Soalnya kalau perempuan yang pakai batik, mereka jadi terlihat "lucu-lucu". Entah itu model, motif, atau warna pakaian batiknya. Enak aja memandangnya. Kayak sedang melihat fashion show gitu.

Terbayang seandainya batik yang dulu dianggap kuno dan tidak tersentuh tangan kreatif. Mungkin sekarang cuma dipakai buat kain gendongan, selimut, pasangannya kebaya, atau hanya ada di acara adat.

Bersyukur perkembangan mode pakaian, membuat anak-anak muda bangga mengenakan batik. Dengan begitu secara tidak langsung, kita mempertahankan status UNESCO batik negara kita.

Aku juga cinta mati sama batik. Sampai belel dan bolong pun kadang masih kupakai. Terlebih setelah menyandang status Ibu Profesional alias IRT. Batik menjadi baju kebangsaan sehari-hari. Nggak usah dijelasin model atau jenis baju batiknya, lah ya. Aku yakin Sahabat Desi's corner tahu pakaian batik yang dimaksud.

Usaha Batik Tak Lekang Oleh Waktu

Kecintaan pada batik bukan hanya dibuktikan dengan mengenakannya saja. Tapi mengenalkan batik dengan menjadikannya sebuah usaha juga termasuk melestarikan batik itu sendiri.

Percaya, deh, untuk menekuni sebuah usaha itu. Landasan kecintaan pada satu produk adalah hal utama. Dikarenakan kekuatan cinta akan membuat kita bertahan dalam menghadapi cobaan dan ujian ketika berusaha.

Seperti teman SMA ku, Divi, yang tumbuh dari keluarga seni. Mulai dari orang tua, eyang, tante yang menekuni dunia tari dan tata rias.

Bahkan dari kecintaan yang ditumbuhkan oleh keluarganya sejak dari kecil tersebut. Telah membawa Divi remaja meraih kejuaraan tari di DKI Jakarta.

Mungkin ini yang namanya passion menguntungkan. Selain keterampilan menari tradisional yang membawa ibu memiliki tubuh langsing ini keliling daerah di Indonesia. Juga mendapatkan uang jajan dari hasil menarinya itu.

Kecintaan Divi pada kesenian tradisional inilah yang membuat ia memutuskan untuk berusaha di bidang batik.

Koleksi d'omah batik

Batik yang pertama kali diperkenalkan ke dunia oleh Presiden ke-2 RI Soeharto saat menghadiri konferensi PBBterbukti dalam perkembangannya mengikuti kemajuan zaman, baik dari segi motif dan modelnya. Maka prediksi ibu yang masih aktif menari tarian jawa klasik ini tidaklah salah, bila usaha yang bersentuhan dengan batik, kemungkinan besar nggak akan ada matinya.

Baca Juga: Mengembangkan Jiwa Wirausaha di Masa Remaja

Usaha Tak Berbatas adalah Inovasi dan Dukungan Keluarga

Menjalankan usaha selain ketertarikan minat, kita juga harus mempunyai tujuan dan maksud dari usaha tersebut. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa usaha yang dijalankan Divi didorong akan kecintaannya pada seni, juga ingin melestarikan kebudayaan bangsa. Dan tentunya dukungan keluarga menjadi hal yang sangat dibutuhkan.

Sahabat Desi's corner pasti tahu kan, menjalankan usaha itu bukan cuma membutuhkan modal materi, tapi juga mental.

Beruntung pemilik usaha yang menamai tokonya D'Omah Batik ini mendapat dukungan suami juga kakak laki-lakinya. Dimana kakak laki-lakinya ini memberi dukungan dengan bekerja sama dalam usaha batiknya ini.

Aku mah salut deh, dengan kekompakkan keluarga penyuka makanan sego megono ini. Kalau jualan itu kan, cobaannya banyak. Kayak dulu aku pernah jualan juga gitu. Ngalamin di PHP-in sama yang beli, pernah juga udah order, eh, nggak jadi alias dibatalin, terkadang mengikhlaskan dagangan nggak dibayar, dan masih ada beberapa kasus lagi yang nggak bisa diceritain disini.

Pemilik toko yang memanfaatkan garasi kediaman orang tuanya untuk usaha batiknya ini. Selain menjual baju batik seperti tunik, home dress (termasuk daster dan baju santai). Ia juga memproduksi dan menjual kerajinan berbahan dasar dari kanvas seperti tas, taplak, cover galon, sarung bantal, rajutan dalam bentuk tas, dompet, konektor masker, dan masih banyak lagi.

Anak bungsu dari tiga bersaudara dan perempuan satu-satunya dari ibu yang berasal dari Pekalongan ini juga memberikan kesan berbeda dari usahanya tersebut. Yaitu dengan memberikan kebebasan dan menerima pesanan sesuai keinginan pelanggan. 

Produk yang bisa dibuat sesuai keinginan pelanggan tersebut seperti taplak, cover galon, cover kursi sofa, atau permintaan lainnya selama D'Omah Batik yang artinya rumah batik ini bisa membuatnya.

Pelanggan dapat memilih model, bahan, serta motif yang diinginkan. Hal tersebut dilakukan karena memang tujuan menjalankan usahanya adalah untuk memenuhi kepuasan pelanggan.

Nah, ini yang tadi aku maksud kalau usaha atau jualan itu harus ada cinta. Cinta itu soal memberi kebahagiaan. Apa yang dilakukan dengan bahagia maka materi akan mengikuti (ini dalam artian sebuah usaha, yaa).

Menjalankan usaha memang susah-susah gampang. Selain harus mempunyai ciri khas tersendiri. Kreativitas dalam usaha pun sangat diperlukan.

Usaha yang berjalan sejak Januari 2020 ini juga mempunyai ciri khas selain menerima pesanan sesuai keinginan pelanggan. Yaitu, memanfaatkan kain perca atau sisa bahan dari hasil produksinya.

 
D'Omah usaha batik tak lekang oleh waktu

Dompet koin yang dihasilkan seperti diperlihatkan pada foto diatas adalah hasil dari penggabungan kain perca. Hasilnya lucu dan unik, kan? Nggak ada yang bakal nyamain atau dijual di toko lain. Ya nggak? Kita yang menggunakannya juga bakal merasa spesial gitu. Secara nggak pasaran, kan produknya?

Atau kain perca-kain perca tersebut dapat digunakan sebagai pemanis produk lainnya, seperti clutch atau pouch. Siapa sangka kalau pemanis tersebut bukanlah kain yang sengaja dipotong. Melainkan kain sisa yang dimanfaatkan.

Baca Juga: Buka Usaha Ditengah Pandemi? Begini Kiat-Kiatnya agar Kamu Berhasil

Penutup

Ibu yang masih belajar bekerja sama dengan suaminya untuk membagi waktu antara keluarga dan usahanya ini. Menerima reseller atau bekerja sama dengan menitipkan produk di tokonya ini.

Cocok nih, buat yang mau cari tambahan dapur atau uang jajan bocah di masa pandemi. Apalagi sekarang jualannya bisa sambil rebahan dan online lewat medsos atau wa. Sayang kan, kuota internet cuma buat ngegame atau nonton drakor (gue banget ini, mah 😁). Kalau sambil ngolshop, duitnya bisa dipakai lagi buat beli kuota, ngegame, atau ngedrakor, deh. Menang banyak, nggak, tuh?

Baca Juga: Tetap Produktif Meski Diam di Rumah  

Target pasar produk batik yang diambil langsung dari pengrajin di Solo ini cukup luas, seperti ibu rumah tangga, remaja putri, wanita karir, juga pastinya pria dewasa.

Memang sih, selama musim virus covid-19 penjualan turun sampai 50%. Tapi menurutku, sebuah usaha yang masih tetap eksis di masa lesunya ekonomi sekarang. Adalah suatu pencapaian yang bagus banget.

Terus ceritanya aku kepo gitu sama temanku yang cinta banget sama seni ini. Aku yakin ada mantra atau kata sakti yang bikin dia tangguh di dunia usahanya yang dijalaninya sekarang. 

Ibu yang murah senyum ini berkata, "jangan kita jatuh hanya karena kita gagal. Justru dari kegagalan tersebut, kita mendapat banyak pelajaran. Terus belajar, bila jatuh langsung bangkit, ambil tindakan positif. Jangan tunggu peluang, tapi ciptakan peluang."

 

Memang ya, kata-kata yang diucapkan oleh praktisi usaha lebih kena dihati. Secara kata-kata yang diucapkannya itu memang berdasarkan pengalaman mereka selama menjalankan usaha.

Baca juga: Ini 5 Sebab kalau Nekat Mencoba Yo'Qta  

Sahabat Desi's corner kalau ada yang tertarik untuk menjadi reseller D'Omah Batik atau mau menambah koleksi home dress atau tunik. Sila intip-intip di IG: @d_omahbatik. Kalau mau lihat koleksinya langsung juga boleh. Atau mau tanya-tanya dulu? Boleh banget, silakan hubungi ownernya langsung di +62 812-1227-1090.


Yuk, lestarikan batik nusantara dengan mengenakannya sebagai busana sehari-hari! Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli dengan warisan budaya nusantara kita ini. Kepedulian kitalah yang akan membuat batik tak lekang oleh waktu.















16 comments:

  1. Batik itu emang gak lengkang oleh waktu. Bagus-bagus banget sih coraknya. Desain bajunya juga bagus. Tasnya jadi pengen punya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, tasnya bisa pesen tuh, Mbak. Barangkali kepingin punya tas dengan motif dan model berbeda sama yang lain. Biar nggak pasarah maksudnya.

      Delete
  2. Waaah itu atasan dan dress batiknya lucu-lucu banget mba motif sama warnanya.. Memang ya walau cuma kelihatan sedikit motif batik, yang polos-polos langsung kelihatan jadi menarik

    ReplyDelete
    Replies
    1. He eh, betul Mbak. Malah jadi tambah lucu meski cuma sebagai pemanis. Emang kudu kreatif kalau mau unik.

      Delete
  3. Aku pun suka dengan batik nih enak dipakainya adem. btw kata saktinya boleh kupetik ya buat oleh-oleh dari sini hihi. berkah dan sukses selalu untuk usahanya ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, adem banget. Sampai bolong pun tetap dipake. Sila kata saktinya dipake. Saya juga suka kata saktinya, buat motivasi juga.

      Delete
  4. Wess mantaap iniii, sekalian promosi ya mba..
    Detail juga, aku jadi kepo akun IG nya :)

    Setuju sama "usaha Batik tak lekang oleh waktu".

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, iya. Bantu temen biar produknya dikenal lebih luas. Cuzz lah langsung mampir ke IG nya. Terima kasih

      Delete
  5. Aku suka batik banget, sampai punya koleksi kain batik de beberapa daerah. Dulu seragam favorit batik, sekarang pun setidaknya daster batik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, ini samaan. Daster batik paling banyak dibanding baju lainnya. Secara diem di rumah terus, jadi koleksinya tambah terus heuheu

      Delete
  6. Suka banget pake batik. Ingat dulu waktu kuliah, kusuka berbatik ria, hihihi. Dan sekarang pun jadi makin suka batik, betul ya mbak, model batik sekarang lucu-unyu-menggemaskan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, batik sekarang motif dan modelnya lucu². Nggak kuno kayak zaman dulu. Saya punyanya daster. Mungkin harus punya gamis batik sekarang heuheu

      Delete
  7. MasyaAllah inspirasi banget ini, apalagi katanya2 aku suka. Aku lagi dlm kondisi terpuruk wk kalau masalah jualan, soalnya aku pengen bgt bisa jualan online lah minimal ada pemasukan gtu, cuma kok auliiiiiit bgt y😅

    ReplyDelete
  8. Iya, cari produk buat jualan yang gue banget emang susah² gampang. Semoga usaha Mbak Yulia kembali normal lagi, ya. Aamiiin. Kalau lagi cari produk buar usaha. Semoga cepet ketemu.

    ReplyDelete
  9. Always love and proud dengan batik, apalagi sebagai guru, batik menjadi 'seragam kebesaran' yang selalu dipakai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaa, batik juga baju kebangsaan emak². Makin lapuk bin lusuh makin enak dipakainya. Mentok² jadi elap. Berdaya guna sampai akhir :)

      Delete