Saturday, December 5, 2020

Marlina Membunuh Ketakutan untuk Harga Diri dan Keadilannya

Poster film marlina membunuh ketakutan

Foto: instagram Marsha Timothy


Judul film: Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
Sutradara: Mouly Surya
Penulis: Mouly Surya & Rama Adi
Pemeran: Marsha Timothy, Dea Panendra, Yoga Pratama, Egi Fedly
Produksi: 2017, Cinesurya, Kaninga Pictures, HOOQ Original
Penghargaan: FFI Terbaik 2018, Festival Film Sitges (Aktris Terbaik), Tokyo Fimex, Penghargaan Maya.

Apa yang ada di benak sahabat Desi's corner dengan judul Marlina membunuh ketakutan untuk harga diri dan keadilan di atas?

Kenapa takut adalah hal yang harus dibunuh oleh Marlina? Apa yang dipertahankan oleh Marlina, sehingga membutuhkan keadilan?

Jujur, sih, aku jarang banget sengaja nonton film Indonesia. Kalau pas diputar di tv aja baru nonton. 

Aku, mah, yang sengaja nonton dan banyak dicari judul drakor. Nggak seimbang banget wawasan yang aku "koleksi".

Sepertinya kemungkinan besar, setelah menonton film Indonesia ini. Aku mau lebih adil lagi dalam hal menonton antara film lokal, film luar, dan drakor. Supaya aku nggak ketinggalan lagi dengan perkembangan produksi film nasional.

Kalau bukan kita sebagai penghuni asli wilayah Indonesia. Siapa lagi yang bakal bisa menghargai karya anak negeri?

Semangat banget, ya, aku.

Film yang terpilih menjadi wakil di ajang piala oscar ini, asli bikin aku mikir.

Mungkin ciri khas cerita film pemenang FFI seperti ini. Kita sebagai penonton diajak untuk menyambung cerita dan berpikir dari adegan-adegan yang ditampilkan.

Seperti, saat film baru dimulai. Marlina yang diperankan oleh Marsha Timothy kedatangan tamu. 

Aku kurang jelas menangkap percakapan mereka berdua.  Coba mencari subtitle bahasa Inggrisnya nggak dapet. Maksudnya biar aku belajar juga bahasa Inggris gitu. 

Logat Sumba bercampur sedikit bahasa daerah sana, membuatku seperti putus cerita di awal film.

Aku mencoba menerka percakapan tokoh utama Marlina yang diperankan oleh Marsha Timothy dan Egi Fedly ini dari gerak-gerik mereka.

Marlina Membunuh Ketakutan

Rampok bertamu

Foto: Instagram Marsha Timothy

Bukit Tanarara sebagai lokasi syuting film sungguh amat cantik. Seperti di film-film barat gitu.

Rumah kediaman Marlina yang merupakan seorang janda berada di bukit ini. Dengan rumah panggung, berdinding kayu dan bilik.

Di halaman depan rumah tanpa pagar. Ada nisan bertuliskan nama Topan.

Ruangan di dalam rumah pun hanya terdiri dari empat ruangan. Itu sejauh yang kulihat dalam cerita di film ini. Satu kamar tidur, ruang tengah, dapur, dan satu kamar berukuran kecil yang nantinya akan diiisi oleh tubuh-tubuh penjahat yang dibunuh oleh Marlina. 

Tidak kulihat jam di dinding atau petunjuk angka untuk menentukan kejadian di awal cerita ini. 

Aku hanya bisa menerka kalau tamu tak diundang itu, minta dibuatkan sup ayam untuk makan malam.

Jadi, ya, aku mengira-ngira, hari kejadian Marlina dirampok adalah sore menjelang malam. 

Saat itu, Marlina tidak memersilakan masuk tamu laki-laki berambut gondrong yang datang ke rumahnya. 

Tamu pun masuk ke dalam rumah tanpa dicegah oleh Marlina. Seakan-akan Marlina tahu kalau melawan akan sia-sia.

Setelah tamu bertubuh kurus itu duduk dengan tenang di ruang tengah. Marlina menanyakan maksud kedatangan tamu tersebut.

Tamu dengan wajah agak bengis itu menjawab, "aku mau ambil uangmu."

Ini, nih, ciri khas perampok jujur. Tuan rumahnya juga terlihat pasrah dengan wajah dibuat dingin, tenang, dan tanpa perlawanan. 

Seakan kejadian seperti ini memang biasa terjadi di wilayah itu. 

Padahal kepala perampok yang datang naik motor. Ia bilang akan ada enam orang lagi yang akan datang.

Si kepala perampok yang belakangan dipanggil Markus. Dengan terus terang kalau ia dan teman-temannya juga mau tidur bareng Marlina.

Cerita film ini minim percakapan. Alhasil, aku banyak menyambung cerita dari adegan-adegan yang aku lihat.

Mungkin hasil sambungan cerita kita bakal sedikit berbeda kalau kita sama-sama nonton.

Wajah Marlina dihadapan perampok boleh tenang. Tapi waktu di dapur pas mau masak sup ayam. Wajah Marlina terlihat gusar, cemas, takut, dengan apa yang diucapkan Markus.

Marlina mondar-mandir di dapur. Wajah bingungnya terlihat sedang berpikir keras.  

Menurut sahabat Desi's corner apa yang akan dilakukan Marlina?

Menghadapi tujuh orang perampok seorang diri. Dan juga yang akan memerkosa dirinya. Hanya ditemani oleh suaminya yang terbujur kaku duduk di pojok ruangan.

Perempuan memang fisiknya lemah. Tapi dengan kemampuan berpikir dan the power of kepepet

Marlina dapat menaklukan lima orang laki-laki yang merampok hewan ternak dan harga dirinya.

Yaitu, dengan menaruh racun di sup ayam. 

Sehingga empat orang perampok mati seketika, setelah menyantap makan malam dengan sayur sup ayam. 

Sedang kepala perampok dipenggal kepalanya oleh Marlina, saat ia sedang memerkosa dirinya. 

Keadilan yang Semu

Marlina dan perampok

                       Foto: Instagram Marsha Timothy

Dua orang perampok lainnya sedang pergi ke kota. Dengan sebuah truk mereka membawa 10 ekor sapi, 10 ekor babi, 7 ekor ayam milik Marlina untuk dijual ke kota.

Setelah Marlina memenggal kepala perampok. Ia pun pergi ke kota untuk melaporkan perampokan, pemerkosaan, dan menyerahkan diri sambil membawa kepala Markus.

Ditemani temannya yang sedang hamil sepuluh bulan nggak lahir-lahir. Marlina naik angkutan umum berupa truk yang kursinya berupa susunan papan.

Nggak tahunya dua orang yang merupakan anak buah Markus itu menyusul Marlina. 

Tapi Marlina berhasil meloloskan diri ditolong teman hamilnya itu.

Untung ada kuda yang bisa dipakai Marlina melanjutkan perjalanan. 

Dalam perjalanannya, Marlina berpas-pasan dengan truk angkutan penumpang yang lewat satu jam sekali di Bukit Tanara. 

Dan para penumpang truk yang melihat Marlina naik kuda dengan sebuah kepala tergantung. Cuma bisa melihat dan melewatinya tanpa ada pertanyaan. Mengapa dan untuk apa ia membawa sebuah kepala di kudanya. 

Hmm, mungkin di sana sudah terbiasa kali, ya. Nggak tahu juga, deh.

Sesampainya di kantor polisi. Marlina lapor kalau dirinya dirampok dan di perkosa. Ia nggak bilang kalau udah membunuh lima orang dari tujuh perampok itu.

Sayang, karena keterbatasan peralatan, personil, dan hal lain untuk olah TKP yang membutuhkan waktu. Polisi nggak bisa cepat menindak lanjuti kasus Marlina.

Ya sudah, akhirnya Marlina memutuskan pulang, bersama kepala Markus yang nggak dikasih lihat ke petugas polisi.

Menambah Wawasan

Selain jalan cerita yang aku buat sendiri melalui adegan. Aku juga mencari tahu maksud dari beberapa dialog dan kebiasaan penduduk asli Sumba.

. Seperti pada saat Novi yang diperankan oleh Dea Penandra. Ia difitnah oleh Franz, anak buah Markus yang ingin menuntut balas pada Marlina.

Mantan finalis Indonesia Idol 2010 ini difitnah tidur dengan laki-laki lain oleh Franz. Fitnah yang dilontarkan oleh Franz adalah bukti ancaman. Dikarenakan Novi tidak mau memberi informasi dimana keberadaan Marlina.

Suami Novi yang terhasut dengan fitnah itu percaya. Usia kandungan yang lebih dari 10 bulan yang dikandung istrinya.  Dikarenakan bayi yang sungsang dalam kandungan Novi. Dan itu disebabkan istrinya selingkuh dengan laki-laki lain.

Kalau aku, sih, menanggapi kejadian ini, miris banget. Pengetahuan tentang kehamilan ternyata masih dikaitkan dengan mitos-mitos yang memberatkan kaum perempuan.

Dan memang di Sumba masih ada yang seperti itu. Daerah terpencil minim tersentuh oleh pendidikan baik formal maupun informal (penyuluhan).

Sumba pun masuk kedalam wilayah provinsi tertinggal dalam data pemerintah.

. Ada yang ingat aku menyebut di ruang tengah ada jenazah duduk terbujur kaku?

Iya, itu suami Marlina yang sudah meninggal. Di Sumba itu biaya pemakaman mahal banget. Bisa melebihi biaya membangun sebuah rumah. 

Tidak heran jika adat di Sumba bisa membiarkan jenazah hingga bertahun-tahun tidak dikubur. 

Suami Marlina disini tidak dijelaskan apa sebab ia meninggal. Ia hanya diselimuti oleh kain adat.

Menurut adat Sumba, kain yang terbuat dari serat alami sudah mengandung zat pengawet. Tubuh jenazah pun sebelumnya sudah diawetkan dengan kapur sirih dan tembakau.

. Kapur sirih dan pinang (happa) adalah sajian untuk tamu yang datang ke rumah. Seperti pada adegan awal. Markus si perampok minta disuguhkan sirih dan pinang pada Marlina. Karena ia menganggap dirinya tamu.

Akhir Cerita

Marlina yang kembali ke rumah karena diminta Novi, sudah ditunggu pula oleh Franz.

Franz yang menunggu kepala Markus untuk disatukan kembali dengan tubuhnya.

Novi terlihat mulai gelisah dengan firasat buruk yang akan terjadi. Perutnya mulai kontraksi.

Franz yang minta dibuatkan sup ayam terdengar sedang berusaha memerkosa Marlina.

Tanpa berpikir panjang ia mengambil sebilah pedang. Lalu menuju kamar dimana Franz dan Marlina berada.

Nafas Novi yang tersengal-sengal karena kontraksi membuatnya bersemangat. Ia ingin cepat menyudahi niatnya. Perutnya sudah tidak tertahankan lagi.

Ketika Novi membuka pintu. Tidak berpikir lama, ia menebas kepala Franz yang ada di atas tubuh Marlina.

Setelah pemenggalan kepala itulah, Novi melahirkan. Emosi si ibu ternyata membuat bayi yang berumur sepuluh bulan itu keluar.

Kayaknya kalau ditulis cerita film ini bakal ngelebihin naskahnya, deh.

Asli dialognya sedikit banget. Sisanya kita harus menerjemahkan sendiri. 

Menurut aku, sih, seru filmnya. Kita sebagai penonton seperti diajak untuk berperan sebagai tokoh dalam film itu. 

Gimana kalau sahabat Desi's corner nonton sendiri kisah Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak ini.

Mungkin aja review film tentang Marlina Membunuh Ketakutan ini bisa jadi berbeda dengan sahabat Desi's corner semua. 



 

6 comments:

  1. Dari film ini kita bisa belajar adat sumba ya mbaa, terimakasih atas resensi filmnya, setelah membaca resensi ini jadi tau beberapa hal memgenai adat sumba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Enaknya belajar lewat emang lewat film. Cuma film dengan berlatar belakang kearifan lokal masih jarang

      Delete
  2. Takuuut....
    Wah hebat mbak Desi berani nonton film dengan genre ini.

    Thanks for sharing

    ReplyDelete
    Replies
    1. Heuheu, thriller tapi masih cukup berani nontonnya, bun. Seru ternyata

      Delete
  3. Wah aku blm pernah nonton ini sih. Tapi katanya emang bagus. Dan baca review ini jg setuju kalau filmnya emang sebagus dan berbobot yaa mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cuz nontonlah Mbak Ji. Cuma film peraih penghargaan tahun ini nggak ditonton. Nyalinya kurang gede.

      Delete