Tuesday, July 21, 2020

Tembakan yang Menjadi Awal Kebahagiaan

Foto: picsArt

Kalau ditanya kenangan terindah yang tidak terlupakan, pastinya banyak banget. Susah untuk memilihnya. Sebut saja kenangan pernah mempunyai anak kedua, kenangan ketika masih bekerja, kenangan mempunyai teman dekat, kenangan cinta monyet, kenangan "ditembak" mantan pacar, dan kayaknya masih banyak lagi.

Dari kenangan yang banyak itu. Saya mah mau berbagi cerita kenangan yang indah aja. Kalau kenangan sedih suka nggak kuat menulisnya. Tapi yang jelas semua kenangan adalah pengalaman berharga. Nggak bisa diulang tapi bisa jadi pelajaran hidup untuk mengambil langkah.

Tahu nggak, kalau ngobrol kenangan sama suami, pada zaman muda dulu. Berasa sedang memupuk keromantisan berumah tangga. Saling ledek, saling cubit (mesra), saling tinju (mesra), terus kita tertawa bareng. Ingat masa lalu yang konyol. Bisa jadi bahan tertawaan kakak ini, sih, haha.

Kayak gini ini obrolan kami #tutupmuka

P: Inget nggak waktu gua bilang siapa idola gua?

S: Nggak

Duh, kalau ditanya gini suka malu sendiri. Jawaban "nggak" yang dikasih itu pertanda ngeles. Pertanda saya nggak mau bahas tentang yang bikin malu dan ingat hal lebay kayak macam cinta monyet ala sinetron.

P: Bener nggak inget?

Dih, dia malah tanya lagi. Diam aja, ah, nggak usah dijawab. Lagian buat apa juga tanya. Hal penting kayak begitu pastinya nggak bakal dilupa.

Hari itu hari Jumat, tanggal 20 September 1991. Kami pulang bareng. Tepatnya dia mengantar pulang saya dengan naik elf. Kalau belum tahu elf boleh dah dicari tahu.

Elf itu kendaraan roda empat antar kota. Kapasitas penumpangnya lebih banyak dari angkot tapi lebih sedikit dibanding bus tiga perempat.

Dikasih lihat deh bentukan kendaraanya. Biar teman-teman nggak usah ngeluarin kuota lagi heuheu (ngaruh, nggak?)

Turun dari elf, kami menyusuri jalan kecil. Kira-kira sepuluh menit berjalan kaki untuk sampai dirumah. Tapi kayaknya nggak butuh sepuluh menit untuk tahu apa yang bakal diutarakan dia, deh.

Ditengah perjalanan mulai deh dia ngomong. Saya mah ceritanya cuek bebek gitu. Pura-pura acuh tapi kepo abis heuheu.

"Lo kan idola gua disekolah."

Deg, ya ampun asli seneng banget dengernya waktu itu. Berarti selama ini saya bukan punduk merindukan bulan. Secara gosip sebelumnya kan, ada yang bilang kalau dia itu naksir temen saya yang lain.

Nah, dari hari Jumat itulah, menjelang kelulusan kami jadian. Kurang lebih cuma enam bulanan kami merasakan jalan bareng. Setelah itu saya mah kuliah di Bandung, sedang dia di Jakarta.

LDR an ceritanya, selama empat tahunan gitu. Nggak lama dari selesai kuliah, kami nikah deh.

P: Mah, bener nggak inget?

S: Tahu ah, gelap. Mau tidur aja.






No comments:

Post a Comment