Bisa nggak sih, kita memilih tetangga? Masa tetangga ada yang kayak gitu?
Jawaban aku mah, ada iyes, ada nggak.
Kalau misalnya pindah ke perumahan, komplek, atau rumah yang lingkungan masyarakatnya sudah terbentuk. Memilih tetangga mungkin masih bisa dilakukan.
Kita bisa bertanya pada orang sekitar tentang kehidupan bertetangga di lingkungan yang akan kita tempati.
Meski, tidak secara detail. Paling nggak kita bisa mendapat info, bagaimana bakal calon tetangga kita itu dalam memperlakukan tetangganya nanti.
Kalau misalnya kita pindahnya ke perumahan yang sedang dalam tahap pembangunan. Lalu, cuma bisa pilih letak rumah hanya lewat denah, gambar, mapping, entahlah namanya itu.
Jelas kita nggak tahu dan nggak bisa memilih akan bertetangga dengan siapa, bagaimana orangnya, entah dia baik, ramah, jahil, tukang rumpi, dan sifat lainnya.
Jadi, kalau sekarang kita dapat tetangga yang baik. Itu namanya rezeki tidak ternilai.
Dari Abdullah ibnu ‘Amru ibnul ’Ash dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ، وَخَيْر الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ [تَعَالَى] خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
“Teman terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan temannya. Dan tetangga terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan tetangganya.” (Shahih) Lihat Ash Shahihah (103): [At Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 28-Bab Maa Jaa-a fi Haqqil Jaar]
Mas Adi yang sikap pada tetangganya itu ngeselin. Masuk rumah sebelum mendapat izin si empunya rumah, menjelajah rumah seperti layaknya rumah sendiri, makan dan minum mengambil langsung dari dapur tanpa izin juga.
Meski sebetulnya Mas Adi ini orangnya baik. Tapi tetap sikap bertetangga seperti itu tidak dibenarkan. Dan yang jelas membuat privasi pemilik rumah menjadi terganggu.
Kebalikan dengan sitkom di atas, di kehidupan nyata yang aku alami, alhamdulillah nggak dipasangkan tetangga model Mas Adi kayak gitu.
Kadang aku tuh, bingung, ini tetangga atau saudara, sih?
Iya, aku kadang suka lupa balikin piring karena piring di rumah sama piring tetangga sering bolak-balik kirim makanan.
Apalagi piringnya hampir sama. Sama-sama boleh hadiah dari sabun cuci. Wkwk. Jadi, lupa itu piring siapa yang di dapur.
Lain waktu aku juga suka begitu, minta kunyit tapinya. Wkwk.
Nggak tahu kenapa hal kecil seperti itu, bikin hidup bertetangga jadi berarti. Ada bumbu dapur di antara kita yang semakin mempererat hubungan.
Saling membantu dan menolong nggak selalu harus berupa materi, kan? Ini juga menandakan adanya saling percaya di antara kami sebagai tetangga.
Lain waktu, aku juga melakukan hal yang sama. Tapi lebih sering tetangga sebelah yang menyiram. Wkwk (aku bukan pemalas yaa)
Siapa lagi yang mau menerima dengan lapang dada dan keikhlasan hati untuk menjadi korban bebikinan kue atau masakan selain tetangga yang baik hati, ya kan?
Jawaban aku mah, ada iyes, ada nggak.
Kalau misalnya pindah ke perumahan, komplek, atau rumah yang lingkungan masyarakatnya sudah terbentuk. Memilih tetangga mungkin masih bisa dilakukan.
Kita bisa bertanya pada orang sekitar tentang kehidupan bertetangga di lingkungan yang akan kita tempati.
Meski, tidak secara detail. Paling nggak kita bisa mendapat info, bagaimana bakal calon tetangga kita itu dalam memperlakukan tetangganya nanti.
Kalau misalnya kita pindahnya ke perumahan yang sedang dalam tahap pembangunan. Lalu, cuma bisa pilih letak rumah hanya lewat denah, gambar, mapping, entahlah namanya itu.
Jelas kita nggak tahu dan nggak bisa memilih akan bertetangga dengan siapa, bagaimana orangnya, entah dia baik, ramah, jahil, tukang rumpi, dan sifat lainnya.
Jadi, kalau sekarang kita dapat tetangga yang baik. Itu namanya rezeki tidak ternilai.
Dari Abdullah ibnu ‘Amru ibnul ’Ash dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ، وَخَيْر الْجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ [تَعَالَى] خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ
“Teman terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan temannya. Dan tetangga terbaik di sisi Allah adalah mereka yang terbaik dalam berinteraksi dengan tetangganya.” (Shahih) Lihat Ash Shahihah (103): [At Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 28-Bab Maa Jaa-a fi Haqqil Jaar]
Tetangga Masa Gitu?
Masih ingat sitkom yang diputar NET TV?Mas Adi yang sikap pada tetangganya itu ngeselin. Masuk rumah sebelum mendapat izin si empunya rumah, menjelajah rumah seperti layaknya rumah sendiri, makan dan minum mengambil langsung dari dapur tanpa izin juga.
Meski sebetulnya Mas Adi ini orangnya baik. Tapi tetap sikap bertetangga seperti itu tidak dibenarkan. Dan yang jelas membuat privasi pemilik rumah menjadi terganggu.
Kebalikan dengan sitkom di atas, di kehidupan nyata yang aku alami, alhamdulillah nggak dipasangkan tetangga model Mas Adi kayak gitu.
Kadang aku tuh, bingung, ini tetangga atau saudara, sih?
Masa tetangga bisa begini:
1. Banyak piring tetangga di rumah
"Mah, ini piring belum dibalikin?" tanya Kakak waktu melihat beberapa piring tetangga yang nangkring di rak piring dapur.Iya, aku kadang suka lupa balikin piring karena piring di rumah sama piring tetangga sering bolak-balik kirim makanan.
Apalagi piringnya hampir sama. Sama-sama boleh hadiah dari sabun cuci. Wkwk. Jadi, lupa itu piring siapa yang di dapur.
2. Bumbu dapur
"Bude…, punya lengkuas, nggak? Bagi dikit, dong," tanya tetangga sebelah rumah.Lain waktu aku juga suka begitu, minta kunyit tapinya. Wkwk.
Nggak tahu kenapa hal kecil seperti itu, bikin hidup bertetangga jadi berarti. Ada bumbu dapur di antara kita yang semakin mempererat hubungan.
3. Titip kunci rumah
"Afwan, Bude. Besok abis sholat subuh mau ke rumah, titip kunci. Kita sekeluarga mau anter orang tua ke Jawa," kata tetangga sebelah lainnya lewat WA malam sebelum mereka pergi.Saling membantu dan menolong nggak selalu harus berupa materi, kan? Ini juga menandakan adanya saling percaya di antara kami sebagai tetangga.
4. Titip anak
Ada yang kayak gini juga? Aku mah seneng aja dititipin anak kecil. Jadi ada teman buat ngobrol, meski titipnya nggak sampe tiga jam.5. Menyiram pohon
Nggak ada aturan untuk bergantian menyiram pohon atau tanaman. Secara rumahku dan tetangga cuma dibatasi tembok pendek. Jadi pas tetangga sebelah menyiram tanamannya. Terus tanaman di depan rumah juga ikutan disiram.Lain waktu, aku juga melakukan hal yang sama. Tapi lebih sering tetangga sebelah yang menyiram. Wkwk (aku bukan pemalas yaa)
Baca Juga: Merawat Tanaman Daun Mint
6. Tester terbaik
Aku tuh, kan suka coba-coba resep. Jadi hasil bikinannya tuh, rasa akhirnya suka nggak jelas gitu. Dikarenakan nggak jelas dan butuh masukkan buat perbaikan. Dikirimlah hasil kue atau masakan ke tetangga kiri, kanan.Siapa lagi yang mau menerima dengan lapang dada dan keikhlasan hati untuk menjadi korban bebikinan kue atau masakan selain tetangga yang baik hati, ya kan?
Baca Juga: Resep Pancake Pisang Lembut Gampang
Kepedulian, perhatian, saling menolong dan membantu tanpa pamrih, saling menasehati, saling memberi masukan, teman berbincang dari hal remeh-temeh sampai tema berat.
Sungguh ini semua adalah rezeki tidak ternilai. Senangnya mempunyai tetangga rasa saudara.
Seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ، يَا رَبِّ! هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُوْنِي، فَمَنَعَ مَعْرُوْفَهُ!
“Berapa banyak tetangga yang akan memegang tangan tetangganya di hari kiamat sambil berkata, ”Wahai Rabb-ku orang ini menutup pintunya dariku dan dia enggan memberi apa yang ia miliki.” (Hasan Lighairihi, yakni hasan dilihat dari jalur yang lain) Lihat Ash Shahihah (2616): [Hadits ini tidak ada sedikitpun dalam Kutubus Sittah]
Untuk sementara segitu dulu meski sebetulnya masih banyak lagi kebaikkan tetangga yang aku dapat.
Sungguh ini semua adalah rezeki tidak ternilai. Senangnya mempunyai tetangga rasa saudara.
Kesimpulan
Akhir dari cerita cuma bisa berharap dan berdoa. Semoga sikap kita pada tetangga di dunia dapat menjadi wasilah sebagai pemberat kebaikkan kelak di akhirat.Seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
كَمْ مِنْ جَارٍ مُتَعَلِّقٍ بِجَارِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُوْلُ، يَا رَبِّ! هَذَا أَغْلَقَ بَابَهُ دُوْنِي، فَمَنَعَ مَعْرُوْفَهُ!
“Berapa banyak tetangga yang akan memegang tangan tetangganya di hari kiamat sambil berkata, ”Wahai Rabb-ku orang ini menutup pintunya dariku dan dia enggan memberi apa yang ia miliki.” (Hasan Lighairihi, yakni hasan dilihat dari jalur yang lain) Lihat Ash Shahihah (2616): [Hadits ini tidak ada sedikitpun dalam Kutubus Sittah]
Pas baca judulnya pertama kali langsung inget sitkomnya Net Tv yang dibintangi Sopia Latjuba Itu... hehe
ReplyDeleteKalau saya di kampung, tetangga itu aslinya memang saudara. Jadi emang saudara-saudara itu kalau buat rumah ga pada jauh-jauh dari rumah kita, jadi ya saudara, ya tetangga juga
Tetangga yang baim juga termasuk rejeki ya mbak. Kebetulan tetangga dekat rumah juga baik-baik banget, pada nyapuin halaman rumah dan siram tanaman waktu kita semua kena covid huhuhu
ReplyDeleteTetangga rumah saya cuma 2, Bu. Alhamdulillah, baik-baik semua, MasyaAllah. Yang lebih banyak interaksinya, tetangga meja kerja. Yang ini juga harus baik-baik ya. Ada juga tetangganet. Kalau ini mah banyak... ;)
ReplyDeleteMasha Allah sepakat. Tapi ak ada trauma sama tetangga lama yg bikin ak jaga jarak saat pindah rumah. Ketemu seperlunya wkwkwk apalagi clusterku ini pd jrg keluar rumah dan lebih individual di tangerang. ketemu paling pas njemur sana pengajian sebulan sekali. sehari-hari ngga pernah liat kumpul2 wkwk
ReplyDeleteKalau aku bertetangga ga pilih-pilih sih, tapi karena istri jarang keluar rumah jga, kadang jadi cerita. Paling keluar rumah untuk belanaj, silaturrahiim ke rumah saudara atau tetangga tertentu. Kita jadinya yang jadi cerita karena ga pernah ikut ngerumpi :D. Nah yang kayak gini dihindari
ReplyDeleteSikap kita pada tetangga di dunia dapat menjadi wasilah sebagai pemberat kebaikkan kelak di akhirat.kalimat ini ngena banget deh... Suka...
ReplyDeleteMakasih ya sudah diingatkan
Eh aku inget cerita mas Adi ini haha.. Asli itu ceritanya lucubbin ngeselin.
ReplyDeleteBy the way, aku alhamdulillah dapat tetangga yang cuma sy hello haha, pada sibuk sama urusan masing-masing disini. Individualnya mayan tinggi. Tapi masih bisa bersosialisasi kok. Tp kalau titip anak, di sini bayaarrr meski cuma sebentar hahaha
Reminder bgt ini, krna sejatinya tetangga adalah saudara terdekat kota ya Mba..
ReplyDeleteKota pun harus penuh hak2 tetangga kita
Aku pernah pindah rumah karena udah nggak tahan banget sama kelakuan tetangga... masalahnya gang rumah cuma dikit banget rumahnya, dan semuanya kelakuannya bikin tepok jidat.
ReplyDeleteDaripada emosi jiwa terus, aku milih pindah ke rumah ibu sampai sekarang. Di sini alhamdulillah macam2 juga karakternya, tapi masih menyenangkan.
Namun kalau bisa memilih, pengen punya tetangga seperti di lingkungan waktu masih tinggal di Salatiga, masya Allah guyub banget. Bener2 berasa sodara. Bahkan meski kami udah pindah, masih sering kontak2an.