Pembukaan Wisuda Virtual oleh Salah Satu Petinggi Unsika |
Malam sebelum wisuda daring pertama kakak di tengah pandemi. Kakak berpesan di sore harinya padaku ketika aku sedang berada di dapur. Kakak bilang padaku, untuk tidak mengganggunya, karena pukul 18.30, kakak akan melakukan gladi bersih untuk wisuda virtual pertama kalinya yang diadakan oleh Unsika (Universitas Singaperbangsa).
Kakak tahu kalau ibunya suka grasak-grusuk masuk kamarnya nggak pakai ketuk pintu dulu. Jadi ia berpesan untuk mewanti-wanti, agar aku tidak mengganggu acara gladi bersih karena wisuda akan diadakan esok harinya, tanggal 15 Maret 2020.
Baca Juga: Sekolah Rumahan
"Jam tujuh diminta stand by, Mah."
"Pagi amat."
Itu adalah kalimat terakhir dariku dan bukan sebagai pertanyaan. Isi kepalaku sibuk menyusun puzzle aktivitas tugas rumah tangga esok pagi agar aku bisa siap menghadiri wisuda kakak.
Selesai salat subuh ketika sedang melipat mukena. Ekor mataku melihat kakak melintas di belakangku. Dan tidak lama, pintu kamar mandi terdengar dikunci. Aku menghela nafas.
Kulangkahkan kaki ke dapur. Kegiatan dapur adalah aktivitas no. 1, karena sarapan tidak boleh dilewati. Terlebih kakak harus sudah rapi sebelum pukul tujuh. Kuhangatkan nasi dan ayam lada hitam yang kumasak pada sore hari untuk makan semalam di dandang.
"Mah, nanti Tipir mau datang."
Belum lagi kubalas dengan pertanyaan dari ucapan kakak. Kakak yang baru keluar kamar mandi melanjutkan kalimatnya. Sepertinya kakak melihat mimik wajahku yang bersiap untuk menimpali perkataannya.
"Tipir mau bantuin Kakak dandan."
"Kan, Kakak bisa dandan sendiri."
Lagi-lagi itu adalah kalimat terakhir dari percakapan singkat dengan kakak dan bukan pertanyaan. Aku menghela nafas.
Lauk makan yang dihangatkan jelas tidak cukup bila teman kakak datang. Akhirnya suamiku membeli nasi uduk untuk teman kakak.
Nggak tega, anak gadis orang datang pagi-pagi untuk mendadani kakak, terus nggak dikasih sarapan. Nanti kalau hasil make up nya nggak nggak sempurna paripurna gegara perut kosong, gimana? Gawat, dong, wisudaannya.
Sudah hampir satu jam kakak dan temannya berada di kamar. Sesekali kakak keluar untuk mengambil tisu atau cotton bud yang ternyata habis. Merah kedua belah pipi kakak dengan warna blush on yang setingkat di atas warna kulit sawo matang kakak. Sedang untuk pemerah bibir kakak, dipilihnya warna nude.
"Dandan kayak begitu, kan, Kakak juga bisa," ucapku ketika kakak keluar kamar untuk meletakkan laptop diatas meja ruang tamu.
"Tapi, bagian matanya Kakak nggak bisa, Mah," jawab kakak sambil menunjuk sudut matanya yang sudah bergaris hitam membentuk sudut mata.
Lagi, percakapan singkat dengan kakak yang aku akhiri dengan helaan nafas.
Menyambut Wisuda Daring Pertama Kakak
"Besok acaranya dimulai jam berapa, Kak?""Jam tujuh diminta stand by, Mah."
"Pagi amat."
Itu adalah kalimat terakhir dariku dan bukan sebagai pertanyaan. Isi kepalaku sibuk menyusun puzzle aktivitas tugas rumah tangga esok pagi agar aku bisa siap menghadiri wisuda kakak.
Selesai salat subuh ketika sedang melipat mukena. Ekor mataku melihat kakak melintas di belakangku. Dan tidak lama, pintu kamar mandi terdengar dikunci. Aku menghela nafas.
Kulangkahkan kaki ke dapur. Kegiatan dapur adalah aktivitas no. 1, karena sarapan tidak boleh dilewati. Terlebih kakak harus sudah rapi sebelum pukul tujuh. Kuhangatkan nasi dan ayam lada hitam yang kumasak pada sore hari untuk makan semalam di dandang.
"Mah, nanti Tipir mau datang."
Belum lagi kubalas dengan pertanyaan dari ucapan kakak. Kakak yang baru keluar kamar mandi melanjutkan kalimatnya. Sepertinya kakak melihat mimik wajahku yang bersiap untuk menimpali perkataannya.
"Tipir mau bantuin Kakak dandan."
"Kan, Kakak bisa dandan sendiri."
Lagi-lagi itu adalah kalimat terakhir dari percakapan singkat dengan kakak dan bukan pertanyaan. Aku menghela nafas.
Lauk makan yang dihangatkan jelas tidak cukup bila teman kakak datang. Akhirnya suamiku membeli nasi uduk untuk teman kakak.
Nggak tega, anak gadis orang datang pagi-pagi untuk mendadani kakak, terus nggak dikasih sarapan. Nanti kalau hasil make up nya nggak nggak sempurna paripurna gegara perut kosong, gimana? Gawat, dong, wisudaannya.
Sudah hampir satu jam kakak dan temannya berada di kamar. Sesekali kakak keluar untuk mengambil tisu atau cotton bud yang ternyata habis. Merah kedua belah pipi kakak dengan warna blush on yang setingkat di atas warna kulit sawo matang kakak. Sedang untuk pemerah bibir kakak, dipilihnya warna nude.
"Dandan kayak begitu, kan, Kakak juga bisa," ucapku ketika kakak keluar kamar untuk meletakkan laptop diatas meja ruang tamu.
"Tapi, bagian matanya Kakak nggak bisa, Mah," jawab kakak sambil menunjuk sudut matanya yang sudah bergaris hitam membentuk sudut mata.
Lagi, percakapan singkat dengan kakak yang aku akhiri dengan helaan nafas.
Background Unsika yang Digunakan untuk Wisuda Online |
Pukul 07.00 kakak sudah berada di depan laptop. Baju gamis berwarna gold punyaku dengan warna pashmina senada. Membuat kakak terlihat cantik. Sempurna untuk menghadiri wisuda daring pertama Unsika. Aku menghela nafas untuk ketiga kalinya.
Aku beranjak meninggalkan kakak yang sedang men-setting background zoom di laptopnya untuk mandi dan juga bersiap. Sedangkan suamiku, rebahan di kamar dengan celana panjang dan kaos dalam.
Jas dan dasi sudah tergantung di handle lemari pakaian, siap dikenakan. Tinggal menunggu instruksi kakak bila orang tua diminta tampil di layar zoom untuk mendampingi wisuda virtual yang juga pertama kalinya untuk kami.
Baca Juga: Sempro
Hanya Satu Detik untuk Dinyatakan Sah Menjadi Sarjana
Pembukaan acara dan sambutan dari jajaran petinggi Universitas Singaperbangsa, satu-persatu tampil dengan tidak memakan waktu lama. Sesi wisuda pertama secara online yang dihadiri kakak, akan dilanjut ke sesi kedua. Sehingga waktu begitu terbatas. Aku menghela nafas memandang kakak dengan baju dan topi toga yang talinya masih menggantung di sebelah kiri wajah kakak.Kakak begitu sumringah sekaligus nanar pada sorot matanya. Aku? Sama. Tertawa gembira, riang, dengan tatapan mata tak lebih baik dari mata kakak.
Setelah kakak dinyatakan lulus bulan Juli tahun lalu. Menunggu waktu wisuda dari mulai Agustus, Desember, Januari, akhirnya menjadi Maret tahun ini. Sungguh emosi seperti olshopper yang di PHP-in oleh pembeli.
Bukan, bukan oleh kampus di PHP-innya. Tapi oleh si Covid-19. Kampus kan, tergantung si corona. Dipikir corona bakal pergi di Bulan Desember. Eeh, masih betah. Sampai akhirnya kemarin tanggal 15 Maret wisuda kakak jadinya online, deh.
Hampir satu jam aku duduk di sebelah kiri kakak menyaksikan satu-persatu nama wisudawan disebut dan dinyatakan sah menjadi sarjana sesuai jurusannya. Akhirnya tibalah giliran Fakultas Ekonomi.
Kakak Khikmad Mengikuti Jalannya Wisuda Daring |
Dan…
Cukup satu detik nama kakak disebutkan, AMALIA TIARA BALQISH SARJANA AKUNTANSI. Pada akhirnya sah juga kakak menyandang gelar S. AK.
Hmm, kalau Sahabat Desi's corner menyebut nama kakak dan gelarnya, ada nggak satu detik?
"Kuliah empat tahun, nggak ada satu detik Kakak udah, sah, jadi sarjana, Mah," kata kakak dengan senyum di bibirnya. Aku hanya tertawa ringan, lalu menjawab sambil memindahkan posisi tali topi toga, "ih, kakak lupa pindahin tali toganya ke sebelah kanan."
Aku dan kakak pun tertawa bersama, "iya, kakak sampe lupa," jawabnya.
Baca Juga: Mengembangkan Jiwa Wirausaha di Masa
"Kuliah empat tahun, nggak ada satu detik Kakak udah, sah, jadi sarjana, Mah," kata kakak dengan senyum di bibirnya. Aku hanya tertawa ringan, lalu menjawab sambil memindahkan posisi tali topi toga, "ih, kakak lupa pindahin tali toganya ke sebelah kanan."
Aku dan kakak pun tertawa bersama, "iya, kakak sampe lupa," jawabnya.
Baca Juga: Mengembangkan Jiwa Wirausaha di Masa
Hal Positif dari Wisuda Virtual
Segala sesuatu ada hal positif, negatif, atau kelebihan dan kekurangan. Tapi aku mau membahas hal positif saja. Agar vibrasi yang didapat juga hanya hal yang positif. Selain tentunya untuk menghibur diri.Huhu akhirnya nggak tahan juga nangis, deh. Sebetulnya sedih banget.
2. Tidak mengeluarkan biaya transportasi ke kampus kakak
3. Tidak membeli baju gamis dan batik untuk aku, kakak, dan suami
4. Tidak mengeluarkan biaya untuk make up di salon
5. Pekerjaan rumah tangga seperti mencuci dan beberes rumah tidak tertunda
Soalnya selesai wisudaan kakak, siangnya bisa cuci baju, ke dapur, sama sapu-sapu lantai rumah.
Baca Juga: Tetap Produktif Meski Diam Di Rumah
5 Hal Positif dari Wisuda Virtual:
1. Mendukung program pemerintah untuk memutus mata rantai Covid-192. Tidak mengeluarkan biaya transportasi ke kampus kakak
3. Tidak membeli baju gamis dan batik untuk aku, kakak, dan suami
4. Tidak mengeluarkan biaya untuk make up di salon
5. Pekerjaan rumah tangga seperti mencuci dan beberes rumah tidak tertunda
Soalnya selesai wisudaan kakak, siangnya bisa cuci baju, ke dapur, sama sapu-sapu lantai rumah.
Baca Juga: Tetap Produktif Meski Diam Di Rumah
Selamat ya, Kak untuk Kelulusannya
Foto Bersama Sesaat Setelah Kakak Wisuda |
Jadi, lewat tulisan panjang ini, aku mau ucapkan selamat untuk wisuda kelulusan sarjananya kakak. Semoga ilmu yang didapat selama kuliah, bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Segala apa yang dicita-citakan tercapai. Aamiiin.
Dan dengan helaan nafas lega. Aku mengucap syukur atas semua nikmat apapun itu yang telah diberi oleh Allah.
Semoga cerita wisuda daring pertama ini bisa menjadi kenangan seperti halnya foto ya, Kak.
Akhirnya ada yg namanya "wisuda paket hemat"... hemat tenaga, hemat waktu,hemat biaya...
ReplyDeleteAmbil hikmah di setiap kisah
*Selamat dan Sukses atas pencapaian Gelar Sarjana untuk putri tercinta*
Terima kasih ucapan selamatnya bapaaak. Pandemi membawa cerita buat jadi sejarah. Insha Allah bersyukur selalu. Alhamdulillah.
DeleteBarakallah kakak, semoga ilmunya bermanfaat dan berkah. aamiin
ReplyDeleteAamiiin Allohuma Aamiin. Terima kasih doanya Om Edi.
DeleteSaya jadi penisirin, itu menghela nafas berkali-kali, kenapa? 😆
ReplyDeleteSama bun, aku juga penasaran kenapa sering hela nafas
DeleteAlhamdulillah, selamat ya untuk wisuda mbak nya, semoga menjadi sarjana yang ilmunya dapat termanfaatkan dengan baik untuk masyarakat.
ReplyDeleteCoba wisuda online sudah ada dari dulu, Selain berhemat, ibuku bisa hadir di acara wisudaku. Tapi jangan dink, semoga Covid lekas tertangani dengan tuntas
ReplyDeleteIya juga ya.. kenapa nggak dari dulu aja ada wisuda online. Nggak ribet..
DeleteDan ibuku juga bisa lihat aku diwisuda.. lihat aku lulus dengan keren.. eaa.
Selamat untuk anaknya ya bu. Wisuda online memang gak ribet ya buk, dulu aku udah kelaparan, cape, ngantuk lagi :D
ReplyDeleteMba.. aku penasaran juga keseringan menghela nafas karena apa? Deg-degan atau yg lainnya.. wkwkwkwk
ReplyDeleteIni samaan sih.. perasaan banyak kali menghela nafasnya.
DeleteHikmahnya covid salah satunya ini ya bund, segala macam aktifitas dapet esensinya.
ReplyDeleteBarakallah kakak sudah wisuda. Wah jadi cerita yang akan turun temurun nih. Tapi benar sih hikmah wisuda online. Kalau offline kan biayanya gak sedikit.
ReplyDeleteWuaa.. Ga nyangka ternyata putri mba Desi udah wisuda. Selamat atas wisuda putrinya mba..
ReplyDeleteKenapa Mbak Desi sering menghela nafas?😅
ReplyDeleteBtw, selamat atasa wisudanya bund. Mudah2an tahun depan gak virtual deh
Selamat untuk wisudanya kakak..
ReplyDeleteAda suka dukanya yaa kalau wisuda online gitu. Semoga di tahun depan nggak ada lagi yang virtual2 gini yaa.
Aamiiin. Semoga tahun ini adalah terakhir wisuda virtual. Terima kasih kakak Pida.
Delete