Friday, February 12, 2021

Merayakan Cinta dengan Sahabat Sejati Dalam Rumah Tangga


Anniversary quotes


Merayakan cinta dengan sahabat sejati? Hayo, Sahabat Desi's corner kepo, nggak? Apalagi ini sahabat sejatinya ada di dalam rumah tangga.

Kalau zaman sekolah dulu teman selalu berganti seiring berpindahnya sekolah. Maka yang namanya sahabat akan selalu berhubungan meski tidak satu sekolah.

Tapi seiring berjalannya waktu dan usia. Sahabat tidak akan sedekat masa sekolah dulu. Ia tidak akan bisa hadir di saat kita membutuhkan teman untuk curhat. Atau sekedar menemani menonton karena kita sedang galau.

Sahabat perlahan akan menjauh karena masing-masing dari kita sudah mempunyai prioritas yang berbeda. Yaitu keluarga.

Terus kalau sudah berkeluarga nggak punya sahabat lagi, dong? Nggak ada tempat curhat lagi, dong. Nggak ada yang nemenin kalau lagi galau, dong.

Tenang, jangan begitu, dong. Sahabat tetap ada, kok. Malah sahabat yang ini lebih bebas mau diapain aja. Kapanpun butuh, dijamin siap sedia mendengar keluh kesah, gundah gulana, atau kegalauan tingkat dewa yang sedang dialami oleh kita.

Mulai dari obrolan kelas berat alias serius seperti diskusi politik sampai arisan, curhat receh karena jemuran nggak kering, atau membahas pola tingkah kucing tidur. Judulnya bebas merdeka segala macam topik percakapan ada.

Sangking bebasnya, kita bisa mengobrol sambil tiduran, rebahan, lendotan, atau mau lebih? Boleh banget, malahan dapat pahala gede, tuh.

Sudah bisa menebak dong, sahabat sejati yang dimaksud? Ya, betul. Sahabat yang dimaksud adalah suami.

Baca Juga: 5 Tips Ibu Bahagia Selama Pandemi

Merayakan Persahabatan Sejati

Suami adalah sahabat terbaik. Tempat berbagi suka dan duka. Tempat segala keluh kesah bermuara.

Pernikahan memang menyatukan kami karena cinta. Tapi setelah kami lalui puluhan tahun. Cinta adalah sebuah kebiasaan.

Merayakan cinta
Dibuat status kayak gini sama suami aja, bikin hati senang
Kebiasaan ada dia disampingku. Kebiasaan ada dia di setiap harinya. Kebiasaan ada dia untuk bercerita. Kebiasaan ada dia untuk menuangkan emosi yang kurasa. Kebiasaan ada dia dengan segala kebiasaannya yang terkadang membuat aku kesal, marah, tapi lalu merindukannya ketika berjauhan meski sesaat hanya untuk pergi ke kantor. Padahal ke kantornya cuma seminggu dua kali. Terkadang seminggu sekali. Atau tidak ke kantor sama sekali dalam seminggu.

Baca Juga: Tetap Produktif Meski Diam Di Rumah  
Dikarenakan kebiasaan hidup baru yang mengharuskan dia lebih banyak di rumah. Membuat aku terbiasa melihat dia lebih lama dari sebelum pandemi.

Jujur, perekonomian rumah tangga kami pun terkena imbas karena adanya pandemi ini. Kami pun diharuskan super duper irit dalam mengeluarkan biaya operasional rumah tangga. Bersyukur kakak sudah menyelesaikan kuliahnya.

Baca Juga: Mengatur Finansial Rumah Tangga Ala-Ala  

Jadi meski suami tidak full bekerja, kami masih bisa makan dengan layak. Juga terpenting adalah mempunyai anggaran untuk membeli kuota 😁

Urusan perut memang katanya nomor satu. Terlebih apa kata anak-anak muda zaman sekarang, sebagian besar mungkin akan berpendapat, cinta nggak bisa buat makan. Tapi anak-anak muda lupa. Kalau dari cinta akan tumbuh kekuatan.

Seperti miskinnya Ali bin Abi Thalib yang hanya mempunyai baju besi untuk perang sebagai mahar nikahnya dengan Fatimah, puteri bungsu Rasulullah. Kemudian setelah menikah pun mereka tetap miskin tapi mereka berdua begitu sabar dengan ujian kemiskinannya tersebut. Bahkan cinta mereka tetap kuat dan kokoh, tidak goyah dengan keadaan yang serba kekurangannya itu.

Maka, aku dan suami pun berkeyakinan bahwa dengan kekuatan cinta, kesulitan yang sedang kami hadapi akan lebih mudah dihadapi. Bukankah kita sebagai manusia diciptakan hanya untuk berusaha? Hasil mah, serahkan pada Allah. Masa iya, Allah nggak kasih rezeki. Ular binatang melata saja sudah diatur rezekinya.

Allah berfirman, “Dan, tidak ada suatu binatang melatapun di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya,” (QS. Hud: 6).

Persahabatan seyogyanya membawa kedamaian. Berselisih paham memang selalu ada. Tapi kembali lagi pada komitmen membina keluarga. Apa sih, yang sebenarnya dicari kalau bukan untuk mencapai ridho Allah? Terlebih usia, baik usia secara harfiah maupun usia pernikahan sudah dibilang tidak muda lagi.

Istilahnya mah, kami sekarang sedang menghabisi sisa usia dan menunggu waktu untuk berkumpul dengan anak kedua kami yang sedang bermain dan diasuh oleh Nabi Ibrahim.

Seperti judul lagu Slank, Makan Gak Makan Asal Kumpul. Selama kami bersama, semua kesusahan insha Allah dapat dilalui.

Maka persahabatan yang kami bina selama hampir tiga puluh tahun ini, akan selalu kami syukuri. Di setiap harinya kami mengucapkan syukur atas keberkahan yang Allah selalu berikan. Ucapan syukur itulah perayaan persahabatan sejati kami.

Baca Juga: Suami Istri Mah, Gitu  

Merayakan Cinta Tanpa Ucapan

Alhamdulillah, Allah masih memberi usia panjang jodoh padaku dan suami. Pacaran selama delapan tahun lalu membina rumah tangga selama dua puluh dua tahun. Bukanlah angka yang mudah kami capai.

Kami berdua berharap dan berdoa, agar Allah selalu memberikan perlindungannya pada rumah tangga kami. Pencapaian angka bukanlah tujuan kami. Tapi merasakan kebersamaan tanpa menghitung waktu adalah hal yang akan kami selalu harapkan.

Tanggal istimewa seperti hari ini, 12 Februari, dimana kami saling mendengarkan kewajiban suami dan istri dari mulut penghulu, adalah puncak penggenapan angka dari hari-hari yang aku dan suami lalui.

Tidak pernah kami merayakan cinta yang bersatu ini dengan hal yang spesial. Bahkan saling mengucapkan Selamat Hari Jadi Perkawinan dengan serius pun tidak.


Makan malam

Cuma yang bikin hati senang adalah ketika tadi sore menjelang waktu masak, dia berkata, "belum masak, kan? Kita beli sate aja buat ngerayain hari jadi kita."

Asli itu adalah kata-kata terindah dan romantis yang kudengar. Selain nggak perlu ke dapur. Aku juga bisa menghemat satu masakan pada hari ini. Dan itu juga mempunyai arti, aku bisa menyimpan anggaran belanja satu hari buat ditabung (tetep ujung-ujungnya ngirit).

Semoga kita rumah tangga kita selalu langgeng ya, suamiku. Janji ya, kita saling sabar dalam menjalani bahtera rumah tangga ini. Ingat lho, berumah tangga itu bukan tentang atasan dan bawahan. Juga bukan soal emansipasi. Berumah tangga itu adalah sebuah seni, yaitu seni mengalah. Jadi mengalahnya gantiannya, ya heuheu, sesuai kondisi dan kasusnya gitu.

Tahun depan kalau kita merayakan cinta lagi. Makan di luar ya, suamiku. Tapi bukan di teras depan rumah, lho. 















2 comments:

  1. Eh, makan di teras rumah juga seru lo bu. Anak-anakku semasa pandemi ini sering kami ajak 'makan di luar', eeh padahal makannya mah di teras rumah aja. Tapi seru, katanya kaya piknik or camping wkwk.

    ReplyDelete
  2. Gak ada halaman rumah. Mungkin di garasi bisa gelar tiker. Huwah, ide bagus Mbak Marita. Cobain ah, kapan² wkwk. Terima kasih pencerahannya Mbak Marita

    ReplyDelete