Wednesday, December 23, 2020

Aku Menemukan Diriku Lewat Aku

Aku menemukan diriku lewat aku sendiri. Melalui perenungan semalam. Tapi kamu harus tahu, kalau perenungan yang cuma semalam itu adalah hasil aku belajar selama hampir tiga tahun ini. 

Tidak mudah membangun sebuah branding. Juga tidak sama mudahnya dengan memertahankan branding itu sendiri. 

Branding


Menemukan diriku di kartu nama

Siapa branding? Beraninya dia mau membentuk citraku. Aku adalah aku. Tanpa perlu kuberitahukan pada dunia. Semua orang yang mengenalku tahu siapa aku, bagaimana aku, dan mengapa mereka mau berteman denganku.

Tak perlu lagi branding kalau mereka sudah tahu siapa aku.

"Apakah kamu mengenalku?" tanyaku padanya.

"Jelas aku mengenalmu. Kamu adalah seorang istri dari suamimu," jawabnya.

"Apakah kamu mengenalku?" tanyaku pada yang lain.

"Jelas aku mengenalmu. Kamu adalah seorang ibu dari anakmu.

"Apakah kamu mengenalku?" tanyaku lagi pada yang lainnya.

"Jelas aku mengenalmu. Kamu adalah seorang ibu rumah tangga.

Kutanya lagi pada yang lainnya dengan pertanyaan sama. Jawaban yang didapat bukanlah yang diharapkan.

Hanya keluarga, tetangga, dan teman yang kukenal saja jika aku adalah seseorang yang suka menulis.

Baiklah tidak apa bila mereka mengenalku hanya sebagai seseorang yang suka menulis.

Lalu kutanya salah satu dari mereka dengan pertanyaan,"menurutmu, aku penulis yang seperti apa?"

"Hmm, ya, yang suka menulis aja."

"Aku blogger juga, lho, sekarang!" Dengan tegas kuberi pernyataan.

Blogger memang kegiatannya menulis. Tapi penulis belum tentu seorang blogger.

Lalu kamu bertanya balik padaku, "apakah kamu sudah menemukan dirimu ketika kamu berkata bahwa kamu adalah seorang penulis atau blogger?"


Aku Menemukan Diriku Lewat Aku

Aku pun terdiam mendengar pertanyaanya. Merenung. Memikirkan bagaimana caranya aku harus menunjukkan diriku bahwa aku adalah apa yang aku maksud, yaitu blogger dan penulis.

Sebelum orang lain menemukan diriku. Aku harus mencari, mengenal, dan mengetahui diriku seperti apa.

Boleh jadi aku menekuni dunia kepenulisan. Boleh jadi aku mengikrarkan diri menjadi seorang blogger.

So, what? Di luar sana saja juga banyak penulis dan blogger.

Seperti layaknya kamu pemilik toko pakaian di pasar.

Sedangkan di pasar begitu banyak toko yang menjual pakaian. Bahkan di kiri, kanan, dan depan toko pakaianmu menjual pakaian yang jenisnya sama.

Lalu, apa yang kamu miliki di tokomu sehingga menjadi pembeda dengan toko yang lainnya?

Begitu perdebatan aku dan kamu.

Aku terdiam dan memperhatikan toko pakaianku.

Lalu berkata pada diri sendiri, "aku membuat beda toko pakaianku dengan toko di sebelah kiri, kanan, depan, bahkan di semua toko pakaian yang ada di pasar ini."

Baca Juga: Jemari Menari di atas Keypad

Nama Toko (Blog)

Kata pertama nama untuk blogku memang bukan milikku seorang. Bahkan kata pada suku kedua pun banyak yang memiliki.

Tapi taglineku boleh jadi tidak banyak yang memilikinya.

Niche yang kugunakan memang umum. Mungkin lebih dari sejuta umat yang menggunakan niche lifestyle.

Tapi aku mempunyai gaya menulis dan penyampaiannya yang berbeda. Ya, memang diakui, sih, setiap orang memang mempunyai ciri khasnya sendiri dalam menulis. Meski nanti kembali lagi ke selera pembaca.

Tapi aku tetap dan masih belajar, kok. Kan, memang menjadi beda dengan yang lainnya itu, nggak semudah membalik bakwan di atas wajan.

Tapi semoga isi blog yang kusuguhkan dengan bahasa keseharian dapat memikat pembaca.

Terlebih tulisanku dihasilkan sebagian besar dari pengalaman. Baik pengalaman pribadi, keluarga, teman, atau hasil pengamatan pada lingkungan sekitar.

Insha Allah selalu ada makna di dalamnya tanpa bermaksud menggurui. 


Media Sosial


Instagram dan fanpage


Menulis SEO memang sangat membantu agar mesin pencari google dapat mengarahkan pembaca ke tokoku (blog).

Tapi promosi juga diperlukan agar orang-orang yang akan datang ke pasar tahu di mana tokoku berada. Dan apa yang menjadi ciri khas dari tokoku itu.

Bisa jadi, kan, dengan promosi yang kubuat itu dapat mendatangkan pembeli (pengunjung) ke tokoku, karena mereka ingin mendapatkan yang berbeda dari toko lain yang sejenis.

Dari apa yang kuceritakan di atas. Aku pun mengikuti apa yang kudapat dari Coach Marita bahwa kita harus membuat orang-orang tahu bahwa kita adalah seorang blogger.

Oleh sebab itulah aku memperbaiki penampilan tokoku satu-persatu. Coach bilang, nama di akun semua media sosial kudu seragam. Agar pengunjung blog kita mudah mengingat siapa kita.

1. Akun Instagram

Aku mengganti akun instagramku dengan profesional for bisnis. Nama web blogku juga sudah kucantumkan.

Ya, tinggal konsisten update postingan tiga kali sehari aja.

2. Fanpage FB

Aku sudah punya akun fanpage. Dan aku sudah hubungkan dengan blog Desi's Corner.

Jadi setiap aku update blog, otomatis hasil tulisan blog akan langsung ada di postingan fanpage FB.

3. Twitter

Duh, malu kalau bahas twitter. Udah jarang ditengok, disentuh, apalagi di update.

Follower? Jumlahnya masih tiarap.

Jarang-jarang aku posting hasil tulisan di blog di sana.

Tapi, demi branding dan tujuan menulis agar dapat menyentuh pembaca yang lebih luas. Aku akan mencoba untuk rajin postingan blog di twitter. 


4. Linkedin

Linkedin


Sama dengan fanpage. Aku sudah menghubungkan blogku dengan linkedin.

Jadi setiap update blog, otomatis hasil tulisan baru dari blogku akan masuk di news feed linkedin.

Jujur, sih, aku belum maksimal dengan linkedin ini.

Sepertinya aku harus membuat jadwal untuk menengok setiap media sosial aku, deh

Eh, iya, status whatsapp ternyata masuk ke dalam branding juga, lho.

Untung aku sudah melakukan hal ini. Soalnya membuat status wa paling gampang, nggak usah buka aplikasi.

Ternyata menulis seperti ini aja bisa menemukan diriku sendiri.

Menurut Sahabat Desi's Corner, aku seorang blogger seperti apa?






10 comments:

  1. Finally, aku nemuin platform "Linekd id" di artikel temen-temen. :)

    ReplyDelete
  2. Wah ini, status Whatsapp wkwk. Bener. Kalau yang sering update status dalam sehari buanyak berarti orangnya suka berbagi suasana hati. Kalau update statusnya buanyak ampe titik-titik gitu tandanya tukang olshop wkwkwk :d

    ReplyDelete
  3. Aku malah nggak punya linekd id. mengelola banyak akun juga butuh tenaga ekstra ya hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, sebetulnya pusing juga. Tapi demi blog dikenal luas akhirnya bikin,deh. bikin aja mbak, biar tulisannya nyentuh ke banyak orang

      Delete
  4. Twitterku juga masih merangkak. Soalnya dari dulu memang ga berharap punya banyak follower. Tempat nyampah doang di tw. Wkwkwkwk. Trus tempat cari info2 up to date dan tranding juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya dibukanya pas mau update blog. Butuh waktu juga klo mau liat-liat medsos.

      Delete
  5. Aku juga nih masih butuh branding di twitter

    ReplyDelete
  6. Mbak Mulya mah gen Z. gampang dapetin followernya. ayo bikin

    ReplyDelete
  7. brandingku masih kurang banget. medsos jarang dibuka. hiks!

    ReplyDelete