Monday, December 21, 2020

Ibu Bahagia Selama Pandemi? Simak 5 Tips Berikut

Ibu bahagia di masa pandemi


Tahun baru 2021 sebentar lagi menjelang. Hanya dalam hitungan hari kita akan berada di tahun baru yang keadaannya berbeda jauh dengan tahun-tahun baru sebelumnya. 

Tahun ini dilalui dengan penuh kewaspadaan, kehatian-hatian, dan keprihatinan.

Pandemi yang berlangsung sepanjang tahun ini membawa dampak begitu besar. Terutama perekonomian.

Keluargaku adalah salah satu dari sekian juta keluarga di dunia yang mengalami dampak perekonomian dari pandemi ini.

Semenjak PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) diberlakukan oleh pemerintah. Kantor suami pun ditutup sementara untuk sementara waktu. 

Kantor suami bergerak di Lembaga Pendidikan yang memberikan les atau kursus bahasa, dimana sebagian besar pelanggannya adalah siswa anak sekolah.

Dikarenakan anak-anak sekolah libur. Berarti pendapatan keluarga juga ikut libur.

Alhamdulillah, kami masih mempunyai tabungan agar dapur tetap ngebul. Alhamdulillahnya lagi, kakak juga sudah menyelesaikan kuliahnya di pertengahan Bulan Juli 2020 kemarin.

Ada rasa khawatir ketika pandemi melewati waktu yang pernah dialami oleh Cina.

Kekhawatiran selain perekonomian, kesehatan mental pun termasuk yang dikhawatirkan.

Aku adalah seorang ibu rumah tangga. Seorang ibu dimana sumber "suasana hati" keluarga berada.

Aura ibu yang bahagia membuat udara di rumah menjadi positif.  Suami dan anak pun turut merasakan kebahagiaan yang dirasa oleh ibu.

Kalau hati bahagia, tentu jiwa dan mental pun sehat juga. Istilah kedokteran, mah, efek psikologis.

Kan, itu yang diharapkan dari sebuah keluarga. Terutama di masa pandemi yang penuh tekanan ini.

Sehatnya psikologis seseorang akan menjadi "tameng" dalam menghadapi dan melawan virus COVID-19. Hati senang penyakit pun jauh.

Virus, mah, menyerangnya, kan, ke daya tahan tubuh. Kayak kita terkena pilek gitu. Obatnya juga nggak ribet. Cukup istirahat, makan sup yang hangat dan penuh gizi, banyak konsumsi vitamin C, minum yang hangat-hangat seperti jahe.

Kalau bukan di masa pandemi, ibu bisa me-maintain psikologisnya yang rawan stres dengan kumpul bersama teman-teman atau tetangga. Atau juga bisa nonton dan jalan-jalan ke mall.

Tapi dalam suasana pandemi sekarang ini. Bagaimana ibu bisa menjaga kesehatan psikologisnya?

Sedang ia sendiri berada dalam keterbatasan gerak alias banyak berdiam diri di rumah. Kegiatannya hanya sebatas sumur, dapur, kamar, dan pasar.

Eits tenang, untuk tetap berada di garis kewarasan dan kondisi psikologis tetap sehat. Seorang ibu nggak perlu modal besar, kok, untuk bisa mendapatkan psikologis yang bahagia.

5 Tips agar Ibu Bahagia di Masa Pandemi:

1. Bersyukur

Selalu ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas semua rahmat dan berkat dari Nya.

Bagaimana kalau kita mulai dari hal sederhana. Seperti dari bangun tidur pagi.

Ucapkan terima kasih pada-Nya karena kita dibangunkan dari tidur yang nyenyak dalam keadaan sehat.

Atau ucapkan terima kasih atas keringnya cucian hari ini.

Bisa dibayangkan kalau cucian nggak kering. Lalu besok paginya cucian bertambah lagi. Dan berakhir dengan menggunungnya setrikaan. Duh, kalau aku, mah, jadi stres, deh.

Bagaimana dengan Sahabat Desi's corner? Stres juga, kah?

Kalau udah stres, bisa memengaruhi kesehatan mental, kan?

Jadi ingat pesan agama, kalau kita bersyukur akan hal kecil, maka Tuhan akan menambah nikmat yang kita rasakan.

2. Bermonolog

Monolog
Monolog atau berbicara pada diri sendiri termasuk salah satu cara agar psikologis kita tetap sehat.

Seperti yang informasinya aku dapat dari web Halodoc. Artikel-artikel dalam Halodoc sungguh amat membantu aku dalam situasi pandemi seperti ini. Semua informasi tentang kesehatan disuguhkan dalam bentuk artikel yang informatif. 

Dan menurut artikel yang aku baca di Halodoc tersebut. Ternyata berbicara pada diri sendiri itu dapat me-release stres.

Terlebih aku yang tidak mau keluarga mendengar kesusahanku karena di masa pandemi ini. Jangan sampai kegalauan jiwaku menular pada anggota keluarga yang lain.

Biasanya, sih, aku bermonolog itu kalau sedang mencuci. Sambil menyikat baju, aku memotivasi dan memberi sugesti positif untuk diri.

Seperti, "aku harus bisa bertahan dan menjalani hidup dengan berdiam di rumah meski nggak tahu sampai kapan. Aku yakin pandemi akan segera berakhir. Aku yakin kantor suamiku akan kembali normal bekerja."

3. Nge-Drakor

Nggak harus nonton drakor juga, sih. Nonton yang lain juga boleh. Cuma kalau aku, nggak tahu kenapa suka banget sama drakor.

Apalagi kalau cerita drakornya ada bau-bau kesehatan mental gitu. Seperti yang judulnya Kill Me Heal Me itu, lho. Ah, yang suka drakor pasti tahu cerita ini.

Kegiatan menonton, selain menghibur diri. Juga mengalihkan perhatian sementara dari rutinitas. Kita pun akan bisa mengambil hikmah dari kegiatan menonton film atau drakor tersebut.

Kalau aku, sih, menonton itu seperti me-recharge "tenaga". Sebelum akhirnya kembali ke dunia nyata. Ya, meski hanya hitungan jam dalam satu hari. Tapi, lumayan merefresh hati. 

Tapi, ingat Sahabat Desi's corner, jangan kebablasan nontonnya, jadi marathon tanpa henti. Nanti yang ada, orang rumah bete lihat kita mantengin layar gawai atau leppy.

4. Hari Malas Sedunia

Sekali-kali kita sebagai ibu rumah tangga buat jadwal "Hari Malas Sedunia".

Dengan catatan, kegiatan ini membutuhkan dukungan pihak anggota keluarga yang lain. Soalnya mereka akan terdampak oleh kegiatan satu ini.

Biasanya, sih, aku ngobrol sama suami dan kakak dulu.

Di Hari Malas Sedunia yang aku lakoni seminggu sekali itu. Blas aku nggak ngapa-ngapain alias cuma berleha-leha saja. 

Nggak nyuci, nggak masak, nggak nyetrika, nggak berbenah. Judulnya hari itu, aku bersantai kayak di pantai.

Melepas penat dari kesibukkan rumah yang nggak kenal pergantian musim. Mau musim hujan, panas, pandemi. Pekerjaan rumah nggak ada matinya.

5. Upgrade Wawasan

Meski diam di rumah dan meski cuma berstatus ibu rumah tangga. Upgrade ilmu itu perlu.

Stt, di masa pandemi ini ternyata kelas gratis itu bertebaran dimana-mana.

Aku saja seminggu bisa dua sampai tiga kali mengikuti webinar.

Seperti webinar tentang kepenulisan, tentang menjadi ibu produktif, kelas food fotography, dan membuat desain dengan canva.

Mengikuti webinar selain tambah ilmu dan wawasan. Kita pun jadi berpikir kreatif dan solutif.

Aura positif pun keluar dalam diri. Karena dengan mengikuti webinar pikiran kita dijauhkan dari kegundahan akan suasana pandemi yang bikin hati galau. 

Ibu bahagia selama pandemi


Alhamdulillah aku mengucap syukur.  pemerintah sudah mendatangkan vaksin virus corona sebanyak 1,2 juta pada awal Desember 2020 kemarin.

Hati sedikit lega. Harapan hidup kembali normal semakin nyata di depan mata.

Tahun baru 2021 memunculkan kembali resolusi 2020 yang ambyar karena belum terlaksana.

Jadi, kita harus tetap semangat, ya, Sahabat Desi's corner.

Jangan kasih kendor itu virus corona. Jangan bosan dengan 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan).

Biar psikologis kita tetap sehat. Sahabat Desi's corner bisa, kok, menerapkan lima tips agar Ibu bahagia selama pandemi di atas.

Atau Sahabat Desi's corner punya tips lainnya? Boleh lah ditulis di kolom komentar. Aku juga, kan, mau tahu. Siapa tahu cocok denganku, ya, kan?

























































No comments:

Post a Comment