Wednesday, April 14, 2021

Begini Ceritaku dari Workshop Detox Emosi Jelang Ramadhan


Detox Emosi

Mbak Diah membimbing kami, para peserta workshop Detox Emosi untuk mengolah dan mengelola amarah yang ada dalam diri kami.


Aku yang duduk sendiri di ruang makan dengan mata terpejam. Beberapa kali mengusap air mata yang tidak tertahankan mengalir keluar dari dua mataku.

 

Detox Emosi Jelang Ramadhan

Hari Minggu adalah hari santai. Meski sebetulnya setiap hari bagiku adalah santai. Rebahan depan tv sampai akhirnya tv yang menonton diriku.

Kurang lebih dua puluh menit, aku terbangun dari tidurku. Memang seperti itulah istirahat tidur siangku. Jarang sampai berjam-jam. Meski hanya satu jam pun, aku jarang sekali mendapatkannya.

Pukul 01.05 aku terbangun dan langsung teringat Rembo yang belum makan siang. Segera kukeluarkan makanan kaleng Rembo dari kulkas.

Ketika sedang menyuapi makan siang Rembo. (Just information ya, Sahabat Desi's corner. Anabul (anak bulu) putih berusia hampir delapan bulan ini. Kalau makannya nggak disuapin, makannya nggak habis). Aku melihat jam di gawaiku, pukul 01.18. Alamak! Aku telat.

Acara workshop yang diselenggarakan oleh Female Digest dan ISB ini dimulai pukul 01.00. Dan aku telat. Sambil menyuapi Rembo makan, aku buka grup WA untuk mendapatkan link zoom workshop Detox Emosi Jelang Ramadhan.

Alamak! Untuk kedua kalinya aku panik. Panik karena komitmen untuk hadir tepat waktu dalam zoom meeting, aku ingkari. Aku lupa kalau aplikasi zoom sudah dihapus dari gawaiku. Sudah terlambat, belum mandi, belum salat, dan harus instal aplikasi zoom dulu.

Padahal sehari sebelumnya, aku sudah memperingati diri sendiri. Jangan sampai aku telat hadir untuk workshop yang diadakan oleh Female Digest ini.

Kapan lagi bisa ikut workshop selama dua jam, free, dan ada sesi praktiknya juga. Ditambah pemberi materinya adalah dua orang profesional, psikolog sekaligus psikoterapis.

Bulan Ramadhan bukan aja disambut dengan munggahan. Tapi hati yang plong tanpa beban juga kudu disiapin. Biar ngejalanin puasanya khusyu tanpa ada beban yang mengganjal di hati.

Untung acaranya telat 😁. Aku masuk kelas pas Teh Ani, ketua Komunitas ISB baru masuk ke sesi perkenalan.

Baiklah, aku memutuskan untuk membersihkan badan dengan membawa gawai ke dalam kamar mandi. Eeh, sinyal wifinya menolak kerjasama. Terputus bo' zoomnya waktu mau join kelas lagi. Layar gawai cuma memperlihatkan kursor yang berputar-putar. Ya, udah, lanjut mandi, sambil menunggu di accept masuk kelas.

Benar saja, selesai mandi, aku sudah berada di dalam kelas zoom yang acaranya sudah dimulai. Kang Dandi yang bernama lengkap Dandi Birdy sekaligus founder Biro Psikologis Dandiah menjadi pembicara pertama.

Workshop yang diikuti oleh 34 peserta terlihat bersemangat. Termasuk aku, yang membawa "beban".

Baca Juga: Tetap Produktif Meski Diam di Rumah

Bayangan Masa Lalu Mengiringi Langkah Masa Kini

Segera aku salat dzuhur terlebih dahulu, sebelum semuanya terlambat. Sambil mengenakan bawahan mukena. Aku menyimak slideshare yang dibawakan oleh Kang Dandi. Menarik. Lalu aku pun menaruh gawai ke dalam tumpukan keranjang pakaian untuk meredam suaranya.

Duh, beneran, deh. Perbuatan nggak terpuji banget deh, aku. Ngaku, seriusan. Salatnya memang nggak tergesa. Tapi pikirannya melayang dengan presentasi yang kena banget di hati.

Ransel emosi

Kang Dandi betul 100%. "Beban" yang dibawa oleh kita sungguh teramat berat. Namanya juga psikolog. Analisa tentang kesehatan mental seseorang secara umum pastinya mendekati benar.

Beban atau ransel yang dibawa di pundak kita, kalau tidak dikurangi, akan membuat langkah kita semakin berat. Yang ada langkah kita menjadi pelan dan akhirnya cita-cita masa depan semakin jauh untuk dicapai.

Memang isi ransel itu apa aja, sih? Isi ranselnya adalah berbagai macam frustasi yang kita alami. Ransel ini tidak terlihat oleh mata awam. Kita tidak dapat melihat luka batin seseorang, meski orang tersebut tertawa dan terlihat bahagia.

Luka batin yang seperti apa? Luka batin tersebut bisa berupa luka karena pengasuhan, luka karena ditinggal orang terkasih, luka yang dibuat oleh pasangan atau mantan, luka yang dibuat oleh diri sendiri (self blaming), atau bisa juga luka karena perundungan (di kantor, komunitas, atau lingkungan sosial dimana kita berada).

Luka batin yang ditumpuk dalam ransel tersebut akan membentuk emosi. Kalau yang ditumpuk kertas berharga sih, nggak apa, ya? Lah, kalau emosi yang ditumpuk, bakal jadi apa dunia ini?

Sekarang aja kalau lihat berita di tv. Berita pembunuhan dan tindakan kriminal lainnya selalu ada. Nggak habis pikirnya akutu, penyebabnya cuma hal sepele aja.

Tapi ya itu tadi. Luka yang bertumpuk adalah penyebab emosi seseorang akhirnya tidak terkendali dan meledak.

Baca Juga: Mengembangkan Jiwa Wirausaha di Masa Remaja

Bagaimana Cara Mengolah dan Mengelola Amarah?


Amarah tersimpan

Materi seru tapi suara motor berhenti di depan rumah bikin buyar konsentrasi. Bapake sama anak wedok pulang. Pas lihat jam di dinding, eeh, udah waktunya masak.

Padahal sebelum acara dimulai. Dua D (Mbak Diah dan Kang Dandi) udah mewanti-wanti, kalau pas workshop kudu fokus. Tapi, meski disambi masak enteng dan ekspres alias goreng-goreng dan masak nasi. Presentasi ibu dengan tiga orang anak ini, bikin aku baper. Terus ujung-ujungnya, aku mengusap sudut mata yang rembes dengan lengan daster.

Dengan gawai di kantong daster dan headset di telinga. Suara Mbak Diah yang membawakan materi mengolah dan mengelola amarah bersaing dengan suara minyak panas karena menggoreng.

Istri dari Kang Dandi yang juga seorang psikolog dan psikoterapis ini memberikan cara agar kita dapat melepaskan emosi dalam diri.

Tahapan Pelepasan Emosi dengan Konsep 4A:

1. Aware

Disini kita tahu luka apa yang sedang dihadapi. Dan kita juga tahu siapa yang membuat luka itu. Tapi apakah kita sadar, seberapa dampak dari luka yang ada tersebut pada diri kita?

2. Accept

Setelah kita sadar akan luka yang menyebabkan emosi dalam diri tersebut. Seperti marah, kecewa, sakit hati, atau juga dendam. Maka sebaiknya semua emosi itu kita terima, jangan disangkal. Alirkan dan luapkan semua rasa emosi yang ada dalam diri di ruang terapi dengan Self Healing Therapy (SEHAT) with Depth.

3. Allow

Tahap pelepasan emosi ketiga adalah tentang memperbolehkan diri akan luka, apakah luka itu akan disimpan atau dilepaskan? Semua pilihan ada ditangan kita sendiri dengan segala konsekuensinya.

4. Away

Melepaskan segala emosi akan luka yang ada dalam diri dengan cara memaafkan.

Kata maaf memang cuma empat huruf. Tapi buat pelaksanaannya nggak semudah pas ngucapinnya.

Memaafkan menurut Mbak Diah dalam workshop detox emosi yang aku ikuti tanggal 4 April ini, harus mencakup empat tindakan, yaitu:

- Logika

Memaafkan itu kudu menggunakan logika, bukan baper yang berperan. Kalau menuruti baper yang ada luka nggak kering-kering.

Ya Alloh, kayak aku bisa pakai logika aja buat maafin orang. Ya kali, kalau salahnya cuma nggak sengaja senggolan di gang sempit. Kecipratan air hujan sama mobil aja, ngedumelnya nggak berujung.

Tapi kita tetap harus belajar memaafkan. Pelan-pelan aja, mungkin lama-lama logika akan berperan utama dibanding baper.

- Hati

Jangan sampai memberi maaf hanya di bibir tapi hati menolak. Berikan kata maaf dengan tulus dari hati dan ikhlas.

- Ucapan

Ucapkan kata maaf. Istilah kata mah, dengan mengucapkan kata maaf. Itu pertanda kita sudah memberi maaf secara sah heuheu. Bolehlah ditambah dengan berjabat tangan, biar afdol.

- Tingkah Laku

Tunjukkan bahwa kita sudah memaafkan dengan sikap dan tingkah laku. Bilang udah dimaafin, tapi kita cuekin.

Baca Juga: Jemari Menari Di Atas Keypad

Sesi Praktik

Akhirnya waktu untuk praktik tiba. Kantong kresek, tisu, dan bantal adalah perlengkapan yang dibutuhkan selama sesi praktik berlangsung.

Praktik pertama adalah, para peserta diminta untuk melakukan rileks terlebih dahulu dengan metode Butterfly Hug. Yaitu metode untuk self healing therapy atau lebih dikenal teknik pausing and pending.


Butterfly hug


Jadi, teknik butterfly hug itu kayak P3K gitu. Kalau tiba-tiba kita dilanda cemas yang berlebihan atau emosi yang meledak-ledak. Pasti kan, semuanya bakal kacau dan di luar kendali. Nah, untuk mengatasinya menggunakan teknik butterfly hug.

Waktu pas coba sih, lumayan terasa rileks. Mungkin karena efek masaknya kelar. Terus jadinya nggak ada beban lagi. Heuheu, bercanda.

Tapi ini seriusan ✌ butterfly hug bikin hati dan diri jadi santai. Waktu ngelakuin teknik ini, jangan lupa matanya dipejamkan. Terus sambil menarik nafas dari hidung dan dikeluarkan dari mulut secara perlahan.

Tangan kita yang memeluk diri sendiri ini sambil ditepuk-tepuk. Ya, layaknya kalau lagi pelukan gitu. Cuma ini yang ditepuk bukan punggung tapi bagian sisi bawah bahu bagian depan diri kita sendiri.

Praktik kedua adalah dengan cara Tapping. Yaitu dengan memukul-mukul titik yang telah ditentukan dengan menggunakan tiga jari. Biar lebih jelas, bisa dilihat lewat gambar di bawah ini kali, ya.


Teknik tapping theraphy

Praktik tapping ini lumayan menguras emosi. Dan biar lebih leluasa praktik tappingnya. Aku pergi ke atas (dak tempat menjemur pakaian). Kalau terus di duduk di ruang makan. Suami pastinya bakal banyak tanya kalau nanti melihat istrinya mewek sambil ngomong sendiri.

Mbak Diah memang psikoterapis jempolan. Setiap kata yang terucap, selalu aja berhasil mengeluarkan air dari mata. Kok, ya, hampir benar semua kata-katanya.

"Ayo, keluarkan semua uneg-uneg yang mengganjal di hati. Kekesalan, kemarahan, semuanya dikeluarkan. Sebut nama yang bikin teman-teman sakit hati. Caci-maki mereka karena perbuatan mereka pada teman-teman. Kalau mau teriak. Teriak saja." Mbak Diah memberi motivasi pada kami para peserta sambil memberi instruksi titik tapping dan meminta para peserta untuk batuk.
Memang posisiku di atas (dak rumah) jauh dari penglihatan suami dan anak. Tapi kalau aku teriak, bisa bingung nanti mereka. Palingan aku cuma bicara pelan dan berdebat sendiri. Hasilnya, ujung lengan daster basah.

Memang secara agama, aku pasrah akan semua yang terjadi. Dan sampai saat ini pun masih belajar untuk menerima. Tapi dari sisi psikologis, aku belum kelar eung.

Beberapa peserta ada yang terbatuk lalu muntah pada saat mengeluarkan beban yang selama ini dibawa. Ketahuan aku ngintip para peserta lain, deh. Kan, harusnya mata aku merem 😁

Penutup

Workshop detox emosi jelang ramadhan yang semula hanya dua jam. Jadi mulur melebihi waktu seharusnya. Dan Ibu pemilik Dandiah Care Centre ini sungguh totalitas memberikan materi juga praktiknya meski free.

Semoga setelah pandemi berakhir dan punya rezeki lebih. Aku mau ah, ikut workshop tatap mukanya. Butuh banget workshop detox emosi ini, biar isi ransel yang masih tersimpan sekian tahun lamanya dapat melebur dalam diri alias diterima dengan lapang dada.

Terima kasih Female Digest dan ISB untuk acara workshop Detox Emosi Jelang Ramadhannya. Kerenlah, acaranya. 

Nah, bagaimana Sahabat Desi's corner, mau coba praktik dengan butterfly hug dan tappingnya, nggak? Tapi harus konsisten dan rutin praktiknya, ya, biar hasilnya maksimal.

Kalau mau tahu lebih banyak informasi mengenai Anger Managemen, Luka Pengasuhan, atau butuh psikoterapis dan psikologi. Coba mampir di IG Dandiah Centre. Di IG tersebut Mbak Diah dan Kang Dandi berbagi ilmu mereka seputar detox emosi dan jadwal workshop mereka. 

Kesehatan mental itu sama pentingnya dengan perawatan wajah. Jangan sampai wajah kinclong kita dipakai buat menutupi jiwa yang luka. Ntar aura kecantikannya tertutup, lho. Ya Alloh guweh sotoy banget yak 😅
 














24 comments:

  1. Jadi pengen nyoba praktik butterfly hug, kayanya mudah membaca tutorialnya. Let's try next...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Emang mudah, Pak. Nggak perlu usaha yang ribet buat dapet ngerileksin jiwa. Cuma batinnya kadang susah diajak kerjasama. 😢😅

      Delete
  2. Makasih artikelnya, bagus dan aplikatif.

    Btw, cara nyuapin anabul gimana? belum pernah nyuapin kucing soalnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama² Bunda. Senang bisa berbagi.
      Nyuapin Rembonya pake tangan, Bun. Makanannya taruh ditangan. Trus, sambil nguber² deh, makannya. Manja bener dah, nih anabul 😂😑

      Delete
  3. artikelnya bagus dan inspiratif, nanti mulai dipraktekin deh, soalnya sekarang aku merasa mudah marah. Sepertinya butuh dikendalikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Enak Pak, kalau udah dicoba. Cuma emang nggak bisa sekali langsung cespleng emosinya redup. Kudu berkali² praktiknya. Nah, itu dia, konsisten diuji coba lagi. Kayak nulis 😅😕

      Delete
  4. Aku puasa ramadhan tahun ini sebisa mungkin menahan emosi, karena mengalihkannya dengan menertawai apa yang ada di dunia ini wkwkw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, saya juga masih belajar menahan emosi. Mencoba menertawai film kartun yang jalan hidupnya mirip dengan saya heuheu

      Delete
  5. Ya Allah, konten yang serius ini bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak karena gaya bercerita 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cukup beban hidup aja yang serius dan dirasain sendiri. Kalau diceritainnya lagi, cari bahasa yang enteng² aja 😅😁

      Delete
  6. Wahh aku baru tahu kalau emosi ada detox-nya jugaa..
    Mantap2, makasihh mba untuk sharingnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. He eh, ini juga baru tahu kalau ada detox emosi. Kirain wajah apa diet gitu yang biasa denger.

      Delete
  7. Aku salfok sama Rembo bu, aku pikir ayam yang ada di ipin upin wkwk
    Bu bakal ada workshop lagi kah tentang detox emosi? Aku tertarik pengen ikut juga :D

    ReplyDelete
  8. Heuheh, emang ngikutin namanya dari serial Upin Ipin Mba. Soalnya kartun favorit,tuh. Kalau untuk free workshop kurang tahu kapan diadain lagi. Tapi mereka rutin ngadain ws berbayar. Mbak Zakia bisa intip IG nya Dandiah Centre buat kegiatan ws selanjutnya. Lumayan ngefek ke diri kemarin.

    ReplyDelete
  9. Kak Desi, aku juga pernah ikutan ini. Eeh lupa bagian tahapan detoksnya. Makasi kak udah buat rangkumannya.
    Rasanya enak banget ikutan kaya gini. Apalagi yang pernah merasakan konflik antara masa sekarang, dulu dan nanti.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tuh, kaaan. Iya, emang enak udahannya, Mbak. Sekarang jadi inget lagi kan, pas udah baca tutorialnya yang sekarang ini. Berarti tinggal praktik lagi aja. 😊😁

      Delete
  10. Aku sempat sedih karena nggak bisa ikutan. Di jam yang sama ada acara keluarga, padahal pengen banget liat presentasi langsung dari dua pasangan keren ini. Baru baca bukunya aja aku. Udah kutulis juga reviewnya di blog hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baca bukunya juga sama aja. Kelebihan workshop cuma di tatap muka lewat zoom doang #menghiburceritanya.
      Semoga lain kali ada acara ws detox emosi lagi. Bikin nagih heuheu

      Delete
  11. Menarik sekali tutorial butterfly hug ini mbaa.. jadi pingin cobain deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cuz langsung coba, Bun. Ntar ceritain lewat blog buat testimoninya yak 😁😊

      Delete
  12. Aku pernah coba butterfly hug nih mbah, dan emang menenagkan menurutku. Ada suntikan semangat dari dalam, btw ulasan kelasnya keren mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, senang bisa berbagi.
      Iya betul, Mbak. butterfly hug lumayan bikin tenang. Kudu rutin praktekin, nih. Biar tenang terus.

      Delete
  13. Memaafkan orang memang susah mba. Bukan karena dendam, tapi luka yg mereka timbulkan terlalu dalam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, betul banget, Mbak. Butuh perjuangan dan waktu buat nyamarin luka.

      Delete