Foto: instagram/@lifelike
Sutradara : Adriyanto Dewo
Produser : Perlita Desiani
Penulis : Adriyanto Dewo
Pemeran : Asmara Abigail, Putri Ayudya, Ibnu Jamil, Yoga Pratama
Perusahaan produksi : LifeLike Pictures
Distributor: Mola TV Agustus 2020
Durasi : 93 menit
Rating dariku : 4.0 dari 5.0
Kali ini nonton film Indonesia lagi. Sekarang nonton film berjudul Mudik. Cuma di film ini arti mudik bukan hanya pulang kampung saja. Tapi ada arti lain.
Kenapa aku pilih film ini? Padahal film terbaik FFI 2020 kemarin, kan, yang terpilih Perempuan Tanah Jahanam.
Soalnya aku belum berani menontonnya. Masih ngumpulin nyali buat lihat, tuh, film.
Kalau film Marlina si Pembunuh Empat Babak yang pernah di review sebelum film ini, aku masih berani.
Nah, sekarang mau nonton film drama aja. Film drama yang ngedapetin sembilan nominasi di ajang FFI 2020 juga. Barengan sama film Perempuan Tanah Jahanam.
Dan film garapan sutradara Adriyanto Dewa ini meraih kemenangan pada kategori Skenario Asli Terbaik.
Kalau udah jadi skenario terbaik. Jelas, dong, aku penasaran. Kayak gimana, sih, jalan cerita film yang naskahnya ditulis oleh Adriyanto Dewo ini?
Sutradara sekaligus penulis ini, beneran aku acungi jempol. Suasana mudik di film garapannya itu terasa asli beneran dan nggak dibuat-buat.
Jalan tol Cikampek yang macet padat merayap. Rest area penuh sesak dengan kendaraan dan pemudik yang beristirahat.
Menjelang akhir cerita, film yang pada 4 Maret 2020 tahun ini, juga ditayangkan di Festival Film CinemAsia, festival film independen Asia yang diselenggarakan di Eropa, tepatnya di Amsterdam, Belanda. Menyuguhkan pemandangan yang adem di mata dan hati sekaligus miris.
Miris karena Firman tidak bisa lagi mengelak dari tuduhan Aida tentang orang ketiga. Dan penjelasan Firman tentang orang tuanya yang memberi restu untuk menikah lagi.
Membuat Aida mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
Sedangkan pemandangan yang bikin adem di hati adalah pemandangan lokasi Gumuk Pasir Parangkusumo, Jogja.
Waktu menonton scene ini, aku sedikit mikir. Gile aja, nih, film, niat banget ngumpulin orang segitu banyak buat adegan sholat Ied di padang pasir.
Nyata aku salah sangka, Sahabat Desi's corner.
Lagi-lagi aku acungi jempol buat Adriyanto yang katanya membutuhkan lima tahun untuk memproduksi film ini.
Scene sholat Ied yang dilakukan orang berjumlah sampai ribuan itu, memang benar adanya. Sholat Ied di Gumuk Pasir memang sudah tradisi bagi masyarakat sekitar tersebut.
Kalau scene sholatnya bukan settingan. Berarti, kan, sutradara, pemain, dan kru film lainnya nggak punya kesempatan kedua buat re-take adegan.
Serius, aku salut. Layak lah, ya, kalau mendapat nominasi terbanyak dalam FFI.
Balik lagi ke Firman dan Aida yang berada di Gumuk Pasir. Di tengah-tengah masyarakat yang mulai membubarkan diri setelah sholat Ied.
Tidak jauh dari Aida berdiri. Terlihat Santi mencium tangan kedua orang tuanya. Lalu terlihat Agus pun melakukan hal yang sama dengan Santi.
Aku pun menyimpulkan, itu pertanda masalah Santi dan Agus selesai.
Santi memeluk Aida sebagai ucapan terima kasih dan perpisahan.
Sedang di kejauhan, Firman melihat Aida dengan tatapan penuh harap dapat menyelesaikan masalah mereka berdua.
Aida pun membalas tatapan Firman dengan pandangan pasti.
Sayang, harapan Firman pupus, pandangan pasti Aida ternyata bukan membawa Aida ke pelukannya. Tapi Aida malah membalikkan badan menjauhi Firman.
1. Waktu di rest area pas makan sahur. Aida ada bilang, kenapa nggak ngasih tahu keadaan dirinya sama ibunya Firman.
Terus Firman jawab, kalau dia nggak mungkin ngomong jujur ke ibunya tentang keadaan Aida.
2. Pada adegan ketika Aida dan Firman berdebat di dalam mobil. Yaitu adegan dimana Firman baru selesai sholat di sebuah masjid. Dan mereka sedang menunggu Santi dan Agus sholat juga.
Di adegan tersebut, Aida mengetahui bahwa di antara mereka memang ada orang ketiga.
Tidak dapat mengelak lagi dari tuduhan Aida. Firman pun akhirnya mengakui, kalau keluarganya sudah kasih izin ke dia untuk menikah lagi.
Nah, Ini yang bikin aku bingung. Apakah pada adegan no.1, Firman sengaja berbohong kalau dia belum kasih tahu ke ibunya tentang keadaan Aida?
Sedangkan di adegan no. 2 seakan mematahkankan adegan no. 1.
Soalnya aku mikirnya ibunya Firman itu sudah tahu keadaan Aida.
Meski laju film terasa lambat. Tapi aku menikmatinya. Filmnya minim dialog. Kita yang nonton kudu menerjemahkan maksud tersurat dari ekspresi, gestur tubuh pemain, dan suasana film yang berlangsung saat itu.
Sepanjang nonton film bertema pulang kampung ini juga. Beneran penonton bakal dikuras emosi, jiwa, dan pikirannya.
Kita disini seakan ikut ke tenggelam dalam cerita. Ikut menyambung dialog yang tidak terucap oleh para pemain.
Kali ini nonton film Indonesia lagi. Sekarang nonton film berjudul Mudik. Cuma di film ini arti mudik bukan hanya pulang kampung saja. Tapi ada arti lain.
Kenapa aku pilih film ini? Padahal film terbaik FFI 2020 kemarin, kan, yang terpilih Perempuan Tanah Jahanam.
Soalnya aku belum berani menontonnya. Masih ngumpulin nyali buat lihat, tuh, film.
Kalau film Marlina si Pembunuh Empat Babak yang pernah di review sebelum film ini, aku masih berani.
Nah, sekarang mau nonton film drama aja. Film drama yang ngedapetin sembilan nominasi di ajang FFI 2020 juga. Barengan sama film Perempuan Tanah Jahanam.
Dan film garapan sutradara Adriyanto Dewa ini meraih kemenangan pada kategori Skenario Asli Terbaik.
Kalau udah jadi skenario terbaik. Jelas, dong, aku penasaran. Kayak gimana, sih, jalan cerita film yang naskahnya ditulis oleh Adriyanto Dewo ini?
Sutradara sekaligus penulis ini, beneran aku acungi jempol. Suasana mudik di film garapannya itu terasa asli beneran dan nggak dibuat-buat.
Jalan tol Cikampek yang macet padat merayap. Rest area penuh sesak dengan kendaraan dan pemudik yang beristirahat.
Belum lagi ketika lewat jalan biasa. Banyak motor yang berpenumpang membawa anak dan istrinya. Ditambah kardus yang diikat belakang motor.
Persis suasana lebaran banget. Kayaknya ini suasana lebaran terakhir di 2019 sebelum memasuki pandemi di bulan Maret 2020.
Mereka berdua akan mudik ke Yogyakarta, ke rumah orang tua Firman dengan mengendarai mobil.
Adegan penjemputan ini membuat aku bingung. Lah, kok, istri menjemput suami? Tanda pertama nggak beres dalam rumah tangganya, nih.
Di dalam adegan pertama tersebut setelah Firman di dalam mobil. Aida mengeluh, kesal, dengan sedikit amarah ditekan.
Aida mengeluh karena harus berputar sampai empat kali di tempat yang sama sebelum akhirnya menemukan Firman.
Padahal Firman mengatakan kalau ia menunggu di titik yang telah ditentukan oleh mereka berdua.
Nada percakapan di antara mereka semakin menandakan bahwa rumah tangga mereka dalam keadaan tidak baik.
Tapi marahnya Aida irit kalimat. Nggak ngegas. Cuma kalimat-kalimat pendek. Kok, aku yang gemes nontonnya. Mungkin udah kadung marah, jadi nggak bisa cas-cis-cus marahnya.
Film Mudik pertama kali tayang di Festival Film Internasional Macau pada 9 Desember 2019. Menurut sutradaranya, sih, mau bikin tenar dulu filmnya sebelum rilis di tanah air.
Eeh, ada pandemi. Jadi, we, nggak jadi tayang di bioskop.
Awal-awal cerita aku masih meraba, apa, sih, yang menjadi masalah di antara Aida dan Firman?
Seperti drakor yang ngasih plot twist di setiap episodenya. Di film bertema pulang kampung ini juga, ada memberi plot twist di setiap pertanyaan yang muncul di benak penontonnya.
Seperti pertanyaan pertamaku di atas. Ternyata Aida dan Firman nggak tinggal serumah. Dan ini kita sebagai penonton tahu dari percakapan mereka. Bukan bilang langsung atau ada kalimat nggak serumah lagi.
Syuting yang mengandalkan background keadaan dan suasana asli pada saat itu. Jelas menjadi tantangan tersendiri buat sang Sutradara Terbaik” di Festival Film Indonesia 2014 ini.
Secara take dan recording gambarnya nggak bisa bolak-balik kayak di lokasi syuting pada umumnya.
Balik lagi sama konflik Aida dan Firman.
Sampai tengah cerita, aku belum ketemu, nih, apa yang menjadi konflik di antara mereka.
Tahunya kalau Aida, tuh, menuduh Firman punya WIL (wanita idaman lain). Dan ini dibantah oleh Firman.
Kalau melihat adegan tentang tuduhan ini, sepertinya pas sahur, deh. Mereka makan di rest area, terus Aida jadi supir, gantian dengan Firman.
Nah, waktu Aida mengendarai mobil dengan pikirannya yang kalut akan konflik dengan Firman. Tiba-tiba Aida menabrak sesuatu.
Bukan menghentikan mobilnya. Aida malah tancap gas karena panik. Firman yang akhirnya tersadar dengan kebingungan yang baru terjadi, minta Aida menghentikan mobilnya.
Firman menolak ketika Aida memutuskan untuk mengikuti ambulans ke puskesmas karena rasa tanggung jawab dan perasaan bersalah Aida pada korban.
Setelah diketahui Aida menabrak seorang pengendara motor. Dan pengendara motor itu meninggal karena tidak tertolong. Semakin merasa bersalah lah Aida.
Seandainya Aida menghentikan mobilnya dan membawa korban ke rumah sakit, mungkin dia masih hidup. Eh, tapi itu aku yang ngebayangin jalan ceritanya.
Kita nggak pernah tahu jalan hidup kita seperti apa. Selain berdoa dan kita sendiri yang mengubah keadaan. Lingkungan dan nasib orang terdekat kita pun, bisa membawa perubahan pada diri kita sendiri.
Seperti yang dialami Santi (Asmara Abigail). Setelah suaminya meninggal karena tertabrak mobil yang dikendarai Aida.
Ternyata Santi pun sebenarnya mempunyai masalah rumah tangga juga dengan suaminya.
Itu menurut aku, lho, ya, Sahabat Desi's corner.
Soalnya ada adegan Santi menjemput Agus (Yoga Pratama) di rumahnya.
Santi mengajak Gendis anaknya dan Agus untuk pergi bersama meninggalkan desa mereka, dengan menumpang mobil Aida dan Firman.
Sepanjang perjalanan, beberapa kali Santi minta berhenti pada Firman untuk mengeluarkan isi perutnya karena "mual".
Gimana? Sudah bisa nebak, kan? Masalah rumah tangga Santi dan suaminya dari cerita Santi yang mual dan mengajak Agus meninggalkan desa?
Baca Juga: Suami Istri, mah, Gitu
Persis suasana lebaran banget. Kayaknya ini suasana lebaran terakhir di 2019 sebelum memasuki pandemi di bulan Maret 2020.
Pengambilan gambar
Adegan pertama film yang kulihat adalah Aida (Putri Ayudya) yang membereskan kopernya lalu berangkat menjemput suaminya, Firman (Ibnu Jamil).Mereka berdua akan mudik ke Yogyakarta, ke rumah orang tua Firman dengan mengendarai mobil.
Adegan penjemputan ini membuat aku bingung. Lah, kok, istri menjemput suami? Tanda pertama nggak beres dalam rumah tangganya, nih.
Di dalam adegan pertama tersebut setelah Firman di dalam mobil. Aida mengeluh, kesal, dengan sedikit amarah ditekan.
Aida mengeluh karena harus berputar sampai empat kali di tempat yang sama sebelum akhirnya menemukan Firman.
Padahal Firman mengatakan kalau ia menunggu di titik yang telah ditentukan oleh mereka berdua.
Nada percakapan di antara mereka semakin menandakan bahwa rumah tangga mereka dalam keadaan tidak baik.
Tapi marahnya Aida irit kalimat. Nggak ngegas. Cuma kalimat-kalimat pendek. Kok, aku yang gemes nontonnya. Mungkin udah kadung marah, jadi nggak bisa cas-cis-cus marahnya.
Film Mudik pertama kali tayang di Festival Film Internasional Macau pada 9 Desember 2019. Menurut sutradaranya, sih, mau bikin tenar dulu filmnya sebelum rilis di tanah air.
Eeh, ada pandemi. Jadi, we, nggak jadi tayang di bioskop.
Awal-awal cerita aku masih meraba, apa, sih, yang menjadi masalah di antara Aida dan Firman?
Seperti drakor yang ngasih plot twist di setiap episodenya. Di film bertema pulang kampung ini juga, ada memberi plot twist di setiap pertanyaan yang muncul di benak penontonnya.
Seperti pertanyaan pertamaku di atas. Ternyata Aida dan Firman nggak tinggal serumah. Dan ini kita sebagai penonton tahu dari percakapan mereka. Bukan bilang langsung atau ada kalimat nggak serumah lagi.
Syuting yang mengandalkan background keadaan dan suasana asli pada saat itu. Jelas menjadi tantangan tersendiri buat sang Sutradara Terbaik” di Festival Film Indonesia 2014 ini.
Secara take dan recording gambarnya nggak bisa bolak-balik kayak di lokasi syuting pada umumnya.
Konflik Suami dan Istri Membawa Korban
Foto: Instagram/lifelikepictures
Balik lagi sama konflik Aida dan Firman.
Sampai tengah cerita, aku belum ketemu, nih, apa yang menjadi konflik di antara mereka.
Tahunya kalau Aida, tuh, menuduh Firman punya WIL (wanita idaman lain). Dan ini dibantah oleh Firman.
Kalau melihat adegan tentang tuduhan ini, sepertinya pas sahur, deh. Mereka makan di rest area, terus Aida jadi supir, gantian dengan Firman.
Nah, waktu Aida mengendarai mobil dengan pikirannya yang kalut akan konflik dengan Firman. Tiba-tiba Aida menabrak sesuatu.
Bukan menghentikan mobilnya. Aida malah tancap gas karena panik. Firman yang akhirnya tersadar dengan kebingungan yang baru terjadi, minta Aida menghentikan mobilnya.
Firman menolak ketika Aida memutuskan untuk mengikuti ambulans ke puskesmas karena rasa tanggung jawab dan perasaan bersalah Aida pada korban.
Setelah diketahui Aida menabrak seorang pengendara motor. Dan pengendara motor itu meninggal karena tidak tertolong. Semakin merasa bersalah lah Aida.
Seandainya Aida menghentikan mobilnya dan membawa korban ke rumah sakit, mungkin dia masih hidup. Eh, tapi itu aku yang ngebayangin jalan ceritanya.
Musibah Mengubah Jalan Hidup Seseorang
Kita nggak pernah tahu jalan hidup kita seperti apa. Selain berdoa dan kita sendiri yang mengubah keadaan. Lingkungan dan nasib orang terdekat kita pun, bisa membawa perubahan pada diri kita sendiri.
Seperti yang dialami Santi (Asmara Abigail). Setelah suaminya meninggal karena tertabrak mobil yang dikendarai Aida.
Ternyata Santi pun sebenarnya mempunyai masalah rumah tangga juga dengan suaminya.
Itu menurut aku, lho, ya, Sahabat Desi's corner.
Soalnya ada adegan Santi menjemput Agus (Yoga Pratama) di rumahnya.
Santi mengajak Gendis anaknya dan Agus untuk pergi bersama meninggalkan desa mereka, dengan menumpang mobil Aida dan Firman.
Sepanjang perjalanan, beberapa kali Santi minta berhenti pada Firman untuk mengeluarkan isi perutnya karena "mual".
Gimana? Sudah bisa nebak, kan? Masalah rumah tangga Santi dan suaminya dari cerita Santi yang mual dan mengajak Agus meninggalkan desa?
Baca Juga: Suami Istri, mah, Gitu
Mudiknya Aida dan Firman
Foto: Instagram/Putriayudya
Miris karena Firman tidak bisa lagi mengelak dari tuduhan Aida tentang orang ketiga. Dan penjelasan Firman tentang orang tuanya yang memberi restu untuk menikah lagi.
Membuat Aida mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
Sedangkan pemandangan yang bikin adem di hati adalah pemandangan lokasi Gumuk Pasir Parangkusumo, Jogja.
Waktu menonton scene ini, aku sedikit mikir. Gile aja, nih, film, niat banget ngumpulin orang segitu banyak buat adegan sholat Ied di padang pasir.
Nyata aku salah sangka, Sahabat Desi's corner.
Lagi-lagi aku acungi jempol buat Adriyanto yang katanya membutuhkan lima tahun untuk memproduksi film ini.
Scene sholat Ied yang dilakukan orang berjumlah sampai ribuan itu, memang benar adanya. Sholat Ied di Gumuk Pasir memang sudah tradisi bagi masyarakat sekitar tersebut.
Kalau scene sholatnya bukan settingan. Berarti, kan, sutradara, pemain, dan kru film lainnya nggak punya kesempatan kedua buat re-take adegan.
Serius, aku salut. Layak lah, ya, kalau mendapat nominasi terbanyak dalam FFI.
Balik lagi ke Firman dan Aida yang berada di Gumuk Pasir. Di tengah-tengah masyarakat yang mulai membubarkan diri setelah sholat Ied.
Tidak jauh dari Aida berdiri. Terlihat Santi mencium tangan kedua orang tuanya. Lalu terlihat Agus pun melakukan hal yang sama dengan Santi.
Aku pun menyimpulkan, itu pertanda masalah Santi dan Agus selesai.
Santi memeluk Aida sebagai ucapan terima kasih dan perpisahan.
Sedang di kejauhan, Firman melihat Aida dengan tatapan penuh harap dapat menyelesaikan masalah mereka berdua.
Aida pun membalas tatapan Firman dengan pandangan pasti.
Sayang, harapan Firman pupus, pandangan pasti Aida ternyata bukan membawa Aida ke pelukannya. Tapi Aida malah membalikkan badan menjauhi Firman.
Baca Juga: Lebaran 50:50
Pertanyaanku yang mengganjal
1. Waktu di rest area pas makan sahur. Aida ada bilang, kenapa nggak ngasih tahu keadaan dirinya sama ibunya Firman.
Terus Firman jawab, kalau dia nggak mungkin ngomong jujur ke ibunya tentang keadaan Aida.
2. Pada adegan ketika Aida dan Firman berdebat di dalam mobil. Yaitu adegan dimana Firman baru selesai sholat di sebuah masjid. Dan mereka sedang menunggu Santi dan Agus sholat juga.
Di adegan tersebut, Aida mengetahui bahwa di antara mereka memang ada orang ketiga.
Tidak dapat mengelak lagi dari tuduhan Aida. Firman pun akhirnya mengakui, kalau keluarganya sudah kasih izin ke dia untuk menikah lagi.
Nah, Ini yang bikin aku bingung. Apakah pada adegan no.1, Firman sengaja berbohong kalau dia belum kasih tahu ke ibunya tentang keadaan Aida?
Sedangkan di adegan no. 2 seakan mematahkankan adegan no. 1.
Soalnya aku mikirnya ibunya Firman itu sudah tahu keadaan Aida.
Kesimpulan
Meski laju film terasa lambat. Tapi aku menikmatinya. Filmnya minim dialog. Kita yang nonton kudu menerjemahkan maksud tersurat dari ekspresi, gestur tubuh pemain, dan suasana film yang berlangsung saat itu.
Sepanjang nonton film bertema pulang kampung ini juga. Beneran penonton bakal dikuras emosi, jiwa, dan pikirannya.
Kita disini seakan ikut ke tenggelam dalam cerita. Ikut menyambung dialog yang tidak terucap oleh para pemain.
Berhubung pandemi dan bisokop pun belum normal sepenuhnya beroperasi. Sahabat Desi's corner bisa, kok, nonton film Mudik ini di Mola TV.
Sampai berjumpa di review film berikutnya.
Astaga Santi 😢
ReplyDeleteMaaf, namanya bisa samaan 😬
Delete